Banjir lagi. Macet lagi. Fenomen ini jamak ditemui di seluruh tanah air. Tak terkecuali di Batam. Tepatnya di Jalan Sutarman, jalan utama yang menghubungkan Muka Kuning hingga Tanjung Piayu. Tepat di depan pintu lima KIB hingga depan jalan Ruko Bukit Sentosa. Macet menghadang pengguna jalan. Macet muncul setelah Jalan Sutarman tergenang banjir. Hujan turun sejak subuh pada tanggal 12 maret 2008.
Ribuan pengendara motor dan mobil jalan merayap. Badan jalan tergenang air setinggi 10 centi meter. Banjir tidak terlalu parah. Meski banjir tidakparah di Jalan Sutarman tapi dampaknya macet.
Macet juga terjadi di jalan yang menghubungkan Batu Aji hingga Muka kuning. Ribuan tenaga kerja terjebak di jalan. bahkan ada beberapa pekerja yang tidak jadi masuk kerja karena terjebak banjir di jalan. Akhirnya memilih balik ke rumah. Banjir membawa korban. Bukan korban manusia. Produktifitas korbannya.
Eva salah seorang pekerja pada pukul 07.45 mengirim SMS ke atasan dan temannya. Aku agak telat ya banjir, aku Eva.
Ribuan pengendara motor dan mobil jalan merayap. Badan jalan tergenang air. Beberapa badan jalan tetap tidak mudah ditembus angkutan.
Dampak yang ditimbulkannya merugikan. Kok merugikan? Sangat. Perusahaan di Batamindo yang mempekerjakan puluhan ribu tenaga kerja akan merasakan dampaknya secara langsung.
Bila seribu tenaga kerja saja yang terlambat masuk pabrik, maka berapa banyak waktu tertunda untuk menyelesaikan order perusahaan.
Pesanan tertunda berarti cost meningkat. Cost meningkat berarti kerugian bagi perusahaan. Efek berantai ini menyebabkan citra investasi di Batam jadi buruk. Nah lho.
Di bawah ini foto-foto banjir di Batam pada jalan Batu Aji – Muka Kuning