Tampil dengan penuh semangat, Ratna Sarumpaet tokoh yang sangat kuat membela perjuangan Marsinah membawakan orasi Kebangsaan di Gedung Politeknik Batam , Sabtu malam 17 Mei 2008.
Ratna mengatakan, saat ini bukan masalah kontrak kerja dan kenaikan upah yang mesti diurusi oleh buruh. Tak ada gunakanya memperjuangkan kontrak dan upah minimum kalau buruh masih tidak sejahtera. Ia mengajak seluruh buruh untuk bersatu. Seperti buruh di Inggris yang bisa duduk sebagai pemimpin Negara.
Ia mengawali pidatonya dengan menguraikan sejarah penulisan buku Marsinah. Ketika itu tahun 1993, seorang buruh muda dan miskin ditemukan di hutan Jawa Timur dalam kondisi sekarat. Belakangan diketahui kalau buruh itu bernama Marsinah. Ia diperkosa dan dianiaya. Rahimnya remuk.
Ratna menulis dua naskah tentang Marsinah sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan Orde Baru. Ratna mengatakan kalau pada saat Pemerintah Orde Baru, Militer ikut campur mengurusi perburuhan.
Ratna mengatakan bahwa darah DNA Marsinah pada tahun 1997, yang akan dikirim ke Amerika Serikat untuk diuji mengalami kontaminasi. Lalu kasus ini ditutup oleh pemerintah. Sampai sekarang saya tak pernah tahu DNA Marsinah. Ketika itu Kapolri masih dijabat oleh Widodo. Pemerintah membungkam kasus Marsinah. Kalau pemerintah bungkam maka saya Ratna Sarumpaet membuat tulisan tentang Marsinah Menggugat. Setelah itu saya dikejar-kejar tentara.
Betapa menakutkannya Marsinah bagi Pemerintah Orde Baru. Padahal seharusnya pemerintah melindungi rakyatnya. Seharusnya pemerintah mensejahterakan warganya, bukan justru memusuhi, kata Ratna.
Ratna megatakan bahwa Pemerintah Orde Baru memperlakukan Marsinah dengan biadab termasuk pelanggaran HAM pada sejumlah peristiwa. Ia menyebut kasus pelanggaran HAM yang terjadi mulai dari Aceh, Timur-Timor, Irian Jaya, Semanggi, Penembakan Misterius, hingga kasus Tanjung Priok. Semua itu satu paket perjuangan dengan Marsinah yang diperjuangkan oleh Ratna.
Ratna mengatakan , kenapa pemerintah Orde Baru begitu zalim? Karena Pemerintahan Orde Baru melakukan KORUPSI BESAR BESARAN. Di akhir pemerintahan Presiedn Soeharto, Ratna mengatakan bahwa Presiden dengan tidak berwibawa menandatangani MOU dengan IMF. Yang mana hasil penandatanganan IMF itu membawa sengsara bagi anak cucu karena harus menanggung hutang Negara yang bukan ia perbuat. Hutang itu merupakan hasil kerja Pemerintahan Orde Baru. Ketika itu Pemerintah Orde Baru yang korupsi sedangkan kewajiban membayar utang Negara dibebankan kepada anak cucu yang tidak mengerti kerja sama dengan IMF.
Ratna juga mengkritik pemerintah sekarang yang sudah melupakan perjuangan reformasi. Pejabat di DPR dan pemerintah yang duduk saat ini sudah lupa pada Marsinah, kata Ratna.
IMF yang dirintis oleh Presiden Soeharto ternyata diteruskan oleh Presiden habibi hingga Presiden Gusdur. Ini disesali oleh Ratna Sarumpaet. Pemerintah tidak berpikir tentang rakyat. Ratna memberi contoh saat ini salah satu kemajuan bangsa adalah lahirnya Undang-undang Otonomi Daerah. Namun begitu masih disayangkan oleh Ratna karena pemerintahan otonomi daerah juga menerapkan prinsip sentralistik. Otonomi daerah ternyata juga tidak mensejahterahkan rakyat.. Papu adalah daerah dengan penghasilanyang sangat tinggi di Indonesia tapi juga merupakan daerah dengan pengeluaran tertinggi. Saat ini produk Undang Undang masih bermental Orde Baru. Karena itu itu Ratna mengajak kepada seluruh buruh untukm memilih pemimpin dengan kritis.
Ratna mengajak buruh untuk berubah dari sekarang. Tak perlu mempersoalkan masalah Upah Minimum dan kontrak kalau masih menderita. Tak ada gunanya mengurusi upah minimum dan kontrak kerja kalau masih miskin.
Ratna sekali lagi mengajak kepada seluruh buruh untuk memilih pemimpin dengan kritis. Ratna mengajak Buruh dan seluruh komponen masyarakat untuk kembali pada Pancasila khususnya pada Sila Pertama. Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila pertama dari Pancasila mencerminkan warga Negara sebagai ummat beragama. Karena itu ia mengajak seluruh komponen masyarakat beragama untuk tidak melakukan KORUPSI.
Pada sekempatan ini juga hadir Presiden KSBSI Rekson Silaban. Dalam orasi Kebangsaan ia lebih menekankan pada perjuangan buruh bersatu. Ia mengatakan bahwa ketika SBSI lahir pada tahun 1992. Ketika itu ia bersyukur karena tidak terbunuh. Ia hanya sempat merasakan pengalaman penjara.
Rekson mengatakan, ketika itu hampir semua masalah besar diurusi militer. Militer justru membunuh rakyatnya sendiri.
Rekson mengatakan sejak lahirnya kebebasan berserikat justru melemahkan perjuangan buruh. Serikat buruh/pekerja yang terlalu banyak malah menghancurkan buruh itu sendiri. Ia mengatakan, di Eropa, Serikat Buruh hanya ada empat. Buruh bisa memenangkan kursi di DPR. Mereka bisa kuat. Bargaining bisa kuat kalau buruh bersatu.
Apa yang bersatu di negeri ini , tidak ada, kata Rekson. Perbedaan pendapat terjadi di partai politik, di DPR, di pemerintahan, . Hanya sibuk ngomong di Koran, tapi rakyat tetap miskin. Tak ada yang menyelesaikan masalah.
Kini kegiatan Buruh tidak lagi sebatas turun ke jalan lalu berorasi. Kegiatan ini terlihat monoton, karena itu berbagai kegiatan lainnya juga di laksanakan seperti pementasan kesenian, seminar, penelitian
Rekson mengatakan, meski Marsinah bukan anggota SBSI, ia tetap mendukung perjuangan Marsinah melalui jalur Human Right Commission.
Asman Taufiq mewakili Gubernur Kepulauan Riau dalam orasinya mengatakan salut terhadap KSBSI karena perjuangan yang dilakukan beda dengan tahun tahun sebelumnya. Asman mengatakan bahwa masalah ada pada diri kita, ya pada pemerintah, pada buruh. Saat ini terlalu banyak LSM, Parpol, Serikat Pekerja/Buruh, dan semuanya merasa benar. Ulama berbeda pendapat, tokoh politik beda pendapat sehingga tidak ada integrasi.
Sebelum pementasa teataer nyanyian Marsinah dari bawah tanah yang dibawakan oleh pelajar dan mahasiswa Kota Batam, panitia penyelenggara menyerahkan nampan kepada pejabat Otorita dan Pemerintah Kota Batam berupa yang memberikan berarti pelayanan kepada rakyat. Pemerintah adalah pelayan masyarakat.
Ratna Sarumpaet mendapat kenang-kenangan berupa vas bunga yang berarti tempat menampung aspirasi perjuangan.
Akhir acara pentas May Day ditampilkan Teater berjudul Marsinah, Nyanyian Dari Bawah Tanah. Teater ini dibawakan oleh pelajar dan mahasiswa kota Batam. Nyanyian dari Bawah Tanah ditulis oleh Ratna Sarumpaet dan disutradarai oleh Tony.