Praktek CSR saat ini sangat beragam. Ada kegiatan yang sebetulnya menjadikan CSR sebagai sarana berpromosi. Tak sedikit upaya perusahaan tertentu yang mencoba mencuri perhatian orang dengan cara yang keliru untuk mendongkrak popularitas perusahaan mereka.
Untuk mendapatkan jenis perusahaan itu sangat mudah menemukan di koran. Khususnya koran yang memuat aktivitas sosial masyarakat. Sebagai contoh kegiatan sosial di Batam, namanya Batam Society. Kegiatan masyarakat sering ditampilkan di sana.
Ketika perusahaan melakukan kegiatan promosi dengan menjual agenda sosial seperti memberi sumbangan ke pihak lain (misalnya panti asuhan) yang nilai sumbangannya kecil. Saat dimuat di koran dimana biaya koran lebih besar di banding nilai sumbangan ke panti asuhan tersebut, hal itu dapat mengarah ke praktek marketing gimmick. Apalagi pihak lembaga yang ingin menampilkan kegiatan sosialnya di halaman Batam Society Batam Pos, harus membayar. Hal ini memperkuat bahwa kegiatan menampilkan informasi di Batam Sosiaty adalah mengarah kepada membangun citra positif. Sehingga dengan demikian citra positif itu bisa dibeli dengan uang. Tapi sasaran pemberdayaan itu sendiri malah menjadi alat untuk mendongkrak citra lembaga.
Ketika sebuah perusahaan ingin menjalankan kegiatan sosial (community development) seharusnya memahami bahwa kegiatan sosial yang ingin dilakukan harus terukur dan berkelanjutan. Bukan kegiatan yang sifatnya seremonial saja. Bukan kegiatan yang nilai sumbangannya lebih kecil dibanding nilai promosinya. kegiatan sosial yang diharapkan adalah kegiatan sosial yang berkelanjutan.
Marketing gimmick adalah cara yang tidak simpatik bila direkayasa sedemikian rupa sehingga seolah-olah perusahaan tertentu telah berbuat bagi masyarakat.
Pada tahun 2010 nanti ketika ISO 26000 CSR berlaku, kegiatan marketing gimmick akan ditinggalkan oleh customer yang sadar dengan tata kelola organisasi perusahaan yang bersih, transparan, bertanggungjawab sosial yang berkelanjutan. Salam CSR.