Kamis 18 Desember 2008 lalu penulis mengikuti kegiatan Worker Talk di Kawasan Industri Bintan Lobam. Kegiatan sangat menarik karena pembicara menyampiakan data terbaru tentang baby boom II. Pembicara adalah Kepala BKKBN Propensi Kepulauan Riau Ipin ZA Husni. MPA. Hadir dalam acara ini pimpnan PT Bintan Industrial Estate Jamin Hidayat, perwakilan HDR, perwakilan pekerja dari perusahaan.
Dalam uraiannya Ipin ZA Husni, MPA mengatakan bahwa penduduk Indonesia saat ini berjumlah 230 juta dimana 68 juta jiwa berusia remaja. Dalam waktu dekat usia remaja ini akan menikah, sehingga akan lahir 30 juta anak. Sementara di Kepulauan Riau sendiri jumlah penduduknya 1,5 juta jiwa dan penduduk usia remaja sebesar 406.890 (26,5%).
Ipin Husni mengharapkan kepada peserta Workers Talk yang berasal dari perusahaan elektronik dan garment di Bintan Industrial Estate agar peduli program keluarga berencana. Dikatakan oleh Husni bahwa urusan Keluarga Berencana bukan hanya milik pasangan suami istri saja. Remaja juga bisa mengikuti program KB untuk remaja.
Program KB Remaja tidak dimaksudnya untuk memberi alat kontrasepsi pada diri remaja tapi lebih kepada wawasan perencanaan keluagra dan masalah peningkatan wawasan tentang reproduski .
Dengan mengikuti program Keluarga Berencana untuk remaja maka remaja diharapkan memahami keluarga berencana dengan benar, pengetahuan reproduski yang baik.
Ipin Husni mengatakan bahwa seorang ibu yang terlalu sering melahirkan dapat berbahaya bagi keselamatan si ibu. Diibaratkan oleh Ibin, bahwa rahim seperti balon karet. Ketika belum dimanfaatkan terasa kencang tapi kelalu sering digunakan akan mengkerut.
Saat ini tingkat kematian ibu karena melahirkan di Indonesia sebanyak 307 per 100.000 kelahiran. Itu artinya terjadi 321 kematian ibu karena melahirkan per Minggu atau sama dengan 2 jiwa ibu melayang karena melahirkan setiap jam.
Hal itu tak diinginkan. Sehingga kehamilan herus dirawat. Ipin Husni mengatakan bahwa penyebab ibu meninggal saat melahirkan disebabkan karena terlalu muda (usia) saat melahirkan, terlalu tua (usia) saat melahirkan, terlalu sering melahirkan. Terlalu dekat jarak melahirkan.
Slogan BKKBN yang terkenal adalah dua anak laki perempuan adalah sama saja. BKKBN tidak pernah memaksakan pasangan keluarga harus memiliki dua anak tapi menganjurkan.
Berbeda dengan China, kata Ipin Husni, di China berlaku aturan 1 anak bagi warga kota, 2 anak boleh bagi warga desa asalkan anak pertama adalah adalah perempuan . Bagi warga minoritas boleh memiliki anak lebih dari 2. Kalau terjadi pelanggaran akan di denda 3 kali penghasilan terkahir. Bila tak sanggup bayar akan di bawah kepengadilan. Dan di China praktek aborsi dilegalakan oleh pemerintah sehingga tidak mengherankan bila pasangan remaja yang datang ke klinik untuk melakukan aborsi. Hal ini (praktek aborsi) tentunya bertolak belakang dengan Indonesia. Pemerintah Indonesia tidak membenarkan (illegal) praktek aborsi.
Kembali ke masalah Perencanaan keluarga. Diketahui bersama bahwa pertumbuhan ekonomi Singapura atau China bagus, salah satu faktornya adalah pasangan orang tua yang hanya memiliki satu anak dapat mencurahkan biaya, tenaga, pikiran terhadap anak sehingga sang anak mendapat asupan gizi yang baik dan pendidikan bagus sehingga melahirkan abak-anak yang produktif.
Sebaliknya kelurga yang memiliki banyak anak akan bertanggungjawab terhadap biaya persalinan, biaya kesehatan, biaya pendidikan, biaya rekreasi, biaya makan dan sebagainya. Sehingga biaya yang dikeluarkan oleh orang tua banyak anak dengan orang tua yang melakukan KB jauh berbeda. Tentunya keluarga yang melakukan KB dapat lebih longgar dalam membiayai pendidikan, kesehatan, rekreasi anaknya di banding orang tua yang memiliki banyak anak.
Sebagai ilustrasi, Orang tua yang sama-sama bergaji 2 juta sebulan. Yang satu memiliki dua anak dan satunya memiliki lebih dari dua anak. Akan terasa berat bagi kepala keluarga yang bergaji 2 juta sebulan dengan kewajiban mendidik dan menghidupi anak-anaknya yang katakanlah berjumlah 5 orang di banding orang tua bergaji 2 juta tapi hanya mengurus dua orang anak saja.