Mungkingkah jurnalistik berperan dan meningkatkan kepedulian sosial. Jawabnya sangat betul. Banyak sudah laporan feature di media cetak , media elektronik yang mengisahkan penderitaan masyarakat lalu dilaporkan oleh wartawan di media massa. Setelah dimuat di media massa, pembaca memberi respon dengan mengulurkan sumbangan. Kasus terkini adalah gempa 7,6 SR Sumatra Barat, setelah diberitakan di media massa dalam hitungan jam, lembaga sosial secara spontan melakukan aksi peduli turun ke jalan melakukan pengumpulan sumbangan untuk dikirim ke Sumatra Barat.
Community Development Department pada tanggal 3 Oktober 2009 menggelar seminar berjudul menigkatakan kepedulian sosial melalui jurnalistik. Pembicara utama adalah Lisya Anggraini dari Koran Batam Pos. Seminar dilangsungkan di Game Room Community Center . Peserta yang hadir sebanyak 130 orang dari perwakilan karyawan di Kawasan Industri Batamindo, SPMI, SPSI, Karang Taruna Siaga Yudha I, KSR PMI, Pramuka, Syec2, RT dan RW.
Lisya Anggraini adalah jurnalis Batam Pos kelahiran Duri. Menyelesaikan kuliah di Universitas Riau Jurusan Hubungan Internasional. Ia lebih tertarik dan memilih dunia kewartawanan dan tulis menulis. Sejak kecil Lisya sudah hoby menulis cerpen. Hingga saat ini selain bergiat sebagai jurnalis di Batam Pos, ia juga telah terlibat dalam penulisan sejumlah buku.
Ketika salah seorang siswi pintar dari Kepri mengalami masalah penglihatan, salah seorang wartawan Batam Pos menuliskan kisahnya dalam format feature. Berita anak cerdas yang mengalami masalah penglihatan tersebut dilengkapi foto jurnalistik kemudian di muat di Batam Pos, tiga hari kemudian ada dermawan yang membaca lalu menelopon ke Batam Pos. Si penelpon penasaran ingin berbicara dengan wartawan yang melakukan peliputan, setelah itu si dermawan meyumbang untuk biaya pengobatan terhadap anak berprestasi tersebut. Anak cerdas tersebut lalu dikirim ke Pulau Jawa untuk menjalani operasi mata. Alhamdudillah si anak berprestasi mengalami kemajuan dalam penglihatan. Demikian contoh kasus akan manfaat jurnalistik bagi masyarakat menurut Lisya Anggraini.
Kisah di atas adalah salah satu manfaat jurnalistik bagi masyarakat. Banyak sudah kisah yang ditulis dengan gaya feature di media massa tentang kehidupan human interest dan dampak tulisan tersebut menyentuh pembaca sehingga pembaca tergerak untuk menyumbang.
Lisya lebih jauh menguraikan tentang manfaat jurnalistik dan teknik menulis berita serta artikel secara ringkas. Dalam Islam ada rukun iman, dalan dunia wartawan juga dipakai rukun atau lima pedoman penulisan yang populer disebut 5H dan 1 H. Sesi seminar jurnalistik berlangsung menarik, peserta yang tertarik silih berganti memberikan pertanyaan seputar jurnalistik dan kewartawanan. Di sela-sela acara ditampilkan musik akustik yang dibawakan oleh Batamindo Musik Community dan Tim Akustik dari dormitory Blok O.
Pertanyaan yang dilemparkan peserta seperti disampaikan oleh Wahyu pengelola media internal SPMI Solid di PT PSECB. Wahyu menanyakan bagaimana cara menempatkan diri agar bisa membawakan aspirasi organisasi sebagai pengurus SPMI sementara di satu sisi dituntut kenetralan dalam membuat berita. Dalam hal ini Lisya menjawab bahwa seorang jurnalis harus mengutamakan kepentingan orang banyak, bukan kepentingan pribadi, golongan atau kelompok. Kepentingan orang banyaklah yang diutamakan dalam menjalanakan fungsi pers.
Hasan dari pengurus SPSI di PT Rubycon menanayakan tentang gejala munculnya kasus perbuatan tidak menyenangkan ketika seseorang yang tidak puas dengan pelayanan sebuah lembaga lalu menulis di internet untuk melepaskan uneg-unegnya. Seperti kasus Prita yang menulis email lalu diadukan ke polisi oleh salah satu rumah sakit internasional. Kasus lainnya adalah penghinaan di media Face book terhadap seseorang yang mengakibatkan perbuatan tidak menyenangkan. Menanggapi pertanyaan ni, Lisya menganjurkan Hasan agar berpedoman kepada kode etik dan undang-undang pers yang berlaku.
Ada banyak pertanyaan yang dilepmparkan oleh peserta . Sekitar 15 pertanyaan dan semuanya dijawab oleh Lisya berdasarkan pengalaman yang diperolehnya selama lebih sepuluh tahun menggeluti dunia pers. Salam pers. (M. Rusli)