Pekerja dan perumahan adalah pasangan yang tak bisa dijauhkan. Pekerja yang produktif didukung dengan sarana infastruktur yang nyaman. Pekerja yang bertempat tinggal di tempat yang nyaman secara tidak langsung dapat mendorong peningkatan produktivitas. Pikiran yang nyaman karena dimanjakan fasilitas tempat tinggal secara tidak langsung membuat pekerja tenang untuk menjalani aktivitas sehari-har
Lain halnya bila pekerja tidak memiliki tempat tinggal yang layak. Tidak memiliki sarana air bersih yang cukup . Tidak memiliki sarana listrik yang memadai. Jarak tempuh yang jauh dari tempat kerja. Apakah pekerja akan merasa nyaman menjalani hari-hari mereka bila pekerja masih dipusingkan dengan aneka persoalan di atas. Pekerja yang tinggal di urmah liar atau kos di perumahan namun sering mengalami kendala air bersih. Pekerja yang merasa tidak memiliki banyak waktu karena terbuang demi menempuh perjalanan dari tempat tinggal dengan tempat kerja. Pekerja yang tidak dimanjakan fasilitas olahraga, sosial budaya dan keagamaan . Kondisi tersebut dapat berdampak kurang bagus terhadap diri buruh.
Demi menjaga produktivitas pekerja, Management PT Batamindo Industrial Park sudah jauh hari memikirkan cara terbaik untuk memanjakan buruh yang bekerja di kompleks Industri Batamindo. PT BIC sejak awal pembangunan pabrik telah memikirkan sarana akomodasi dan infrastruktur bagi pekerja yang didatangkan dari luar Batam melalui program AKAD.
20 tahun lalu saat Kawasan Industri Batamindo dibuka untuk pengembangan industri High Tech, populasi Batam masih sangat sedikit. Warga lokal sangat sedikit yang mau bekerja di kawasan indutri. Penduduk lokal lebih suka mencari dollar di Singapura.Untuk mengatasi masalah tenaga kerja solusinya adalah program AKAD (Antar Kerja Antar Daerah).
Pekerja program AKAD khsusunya yang di datangkan dari pulau Jawa saat merantau dan bekerja di KIB dapat menikmati fasilitas yang standarnya di atas rata-rata di bandingkan fasilitas pekerja saat masih di kampung halaman.
Ketika bekerja di KIB para pekerja program AKAD diberikan fasilitas dormitory. Seperti mendapatkan fasilitas tempat tidur, lemari, kamar mandi, dapur, ruang tamu, fasilitas olahraga, fasilitas keagamaan, fasilitas sosial budaya dan pengamanan.
Memasuki tahun 2000 – an masa kejayaan program AKAD berangsur menurun, Pemerintah Daerah Batam menganjurkan agar Multi National Company di Batam mengutamakan penggunakan tenaga kerja lokal. Padahal tenaga kerja lokal yang ada sejatinya adalah perantau juga. Akhirnya program pengiriman tenaga kerja AKAD semakin hari semakin kurang popular .
Ketika program pemberdayaan tenaga kerja lokal digalakkan (pekerja lokal ini adalah perantau yang datang umumnya dari Pulau Sumatra ). Lantaran jarak tempuh yang tidak begitu jauh dari Pulau Sumatra. Para perantau ini mudah mengakses Pulau Batam dibandingkan perantau dari Pulau Jawa. Sebagian Perantau yang tiba di Batam ikut menumpang sama kerabat keluarga atau teman. Lantaran dana terbatas sebagi modal merantau ada beberapa perantau yang memilih tinggal di rumah liar.
Kondisi tersebut berlangsung cukup lama. Semakin banyak perantau yang berstatus sebagai pekerja lokal maka kebutuhan tempat tinggal juga semakin bertambah. Tidak mengherankan bila ruli tidak pernah punah di Batam. Masalah ruli akhirnya juga memusingkan pemerintah kota Batam. Karena itu dibuatlah rusun di sejumlah titik. Yang menyediahkan, pekerja yang tinggal di ruli bukannya berkurang. Sisi yang lain penghuni rusun juga tidak maksimal.
Masalah lain juga muncul. Setiap tahun, salah satu item KHL adalah perumahan. Pihak buruh mengatakan bahwa dasar penentuan rumah adalah sewa satu kamar untuk satu orang. Sedangkan pengusaha melihat dari kaca mata lain yakni satu kamar diisi 2 atau 4 orang. Para pekerja yang menerima upah minimum kebanyakan kos bersama-sama untuk menghemat pengeluaran. Masalah standar layak untuk rumah kos bagi buruh menjadi prioritas ke dua.
Dari pengamatan penulis, ketidak nyamanan yang dirasakan buruh yang kos di perumahan paling lazim adalah masalah pasokan air bersih yang tidak lancar, jalan yang tidak mulus, tidak adanya fasilitas olahraga, sosial, budaya, keagamaan dan pendidikan penunjang. Pekerja yang kos hanya fokus bekerja dan mengumpulkan rupiah.
Memasuki tahun 2010 ada solusi terbaru dari pengelola Dormitory Kawasan Industri Batamindo. Solusinya adalah memberi kesempatan kepada buruh yang pekerja di salah satu perusahaan di KIB untuk kos di dormioty. Selama ini ada ribuah pekerja yang tidak disediakan dormitory oleh management perushaan tempat mereka bekerja. Buruh diberi tunjangan perumahan dan transport. Pekerja bebas memilih tempat tinggal.
Nah pada tahun ini pengelola dormitory KIB membuka kesempatan kepada buruh yang bekerja di salah satu MNC Kawasan Industri Batamindo yang ingin berdomisili di dormitory hanya dengan membayar sewa kos sebesar 285 ribu per bulan. Fasilitas yang disediakan adalah tempat tidur, lemari, fasilitas dapur, kamar mandi., air dan listrik. Fasilitas pendukung lainnya adalah lapangan olahraga, keagamaan, perpustakaan, sosial budaya hingga keamanan. So jangan tunda lagi. Bagi anda yang bekerja di KIB yang ingin merasakan suasana kos di dormitory segera hubungi dormitory management yang berkantor di dormitory Blok E 1 Nomor 14. Contact person ibu Yosepha , Telpon : 0770612403.
Lalu untuk menjawab pertanyaan kenapa saya harus tinggal di dormitory, jawabnya sederha, dekat tempat kerja, fasilitas memadai, bersih, pasokan air bersih dan listrik yang lancar, tersedia fasilitas olahraga, keagamaan, sosial budaya, tersedia fasilitas ATM, kantor Bank, Pujasera, Plaza, sistem keamanan, petugas fire safety yang stand by 24 jam. Jadi jangan tunda lagi. Ayo buruan bergabung.
” Salam Sejahtra ”
Angkat Topi unt terobosan meningkatkan perekonomian dan aktivitas diBatam Indo,Semoga geliat Kota Batam Indo di tahun 1992 s/d 1998 tergapai kembali.
mengingat Dormy di blok sebelah CC sdh dirobohkan dan dan dibiarkan begitu aza maka alangkah baiknya digunakan untuk rekreasi warga Dormy dan karyawan yg di Batam indo dgn sentuhan kreativitas,trims