Sering kita dengar pembicaraan tentang seminar atau pelatihan. Peserta terpukau dengan pembicara yang mampau membawakan materi dengan menarik. Bahkan ada jenis pelatihan yang mampu membuat peserta menangis. Namun materi seminar atau pelatihan yang telah diikuti tersebut kadang kadang hanya sempat bertahan dalam memori peserta selama dua hari. Pada hari ketiga memori tersebut tinggal sembilan puluh persen. Sehebat apapun pembicara kalau tak mampu merangkai pesan dengan cerdas maka materi pelatihan tersebut hanya nyangkut di kuping peserta dan tidak meresap ke dalam pikiran bawah sadar peserta.
Bagaimana caranya agar sebuah pesan bisa diterima oleh peserta. Teknik yang mudah adalah dengan mengemas topik yang dibahas dengan sederhana, menarik, mudah dipahami dan dapat menembus pikiran bawah sadar peserta. Bila materi yang disampaikan mampu menembus pikiran bawah peserta itu artinya fasilitator berhasil menanamkan sebuah topik pada diri peserta yang bisa diingat sepanjang waktu. Pembicara, fasilitator, trainer atau guru yang efektif adalah mereka yang mampu mengganti persepsi lama (yang salah atau ketinggalan jaman) dengan persespi baru.
Berdasarkan pengamatan di lapangan. Ada sejumlah keluhan yang muncul dari para leader atau supervisor saat memberikan pengarahan, short training kepada bawahannya dimana peserta tidak memperlihatkan respon positif dari sisi sikap. Result atau kriteria kinerja sebuah pelatihan atau workshop adalah peningkatan kompetensi. Fasilitator atau trainer dapat menguji pengetahuan dan skill peserta pelatihan melalui pra test dan post test. Umumnya terjadi peningkatan wawasan (kognitif) peserta pelatihan. Namun yang jarang diukur adalah sikap peserta. Unsur sikap biasanya adalah bagian yang tersembunyi.
Lalau bagaimana solusinya? Jawabnya sederhana. Jadilah orang yang dipercaya. Trainer atau fasilitator dapat dipercaya dari penampilan, gelar pendidikan , sertifikasi, testimoni, keahlian dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Namun itu bukan jaminan. Lho kok bisa? Ya , disinilah kelemahan mendasar yang dimiliki oleh para supervisor, trainer, guru, dosen. Jago dalam praktek dan hebat dalam ilmu pengethauan namun tidak memiliki karakter yang kuat adalah pemborosan. Tidak efektif membangun etos kerja.
Pernah ada seorang supervisor bertanaya kepada penulis. Kelemahan yang sering dialami adalah membuat staf mau bergerak. Sikap positif.
Rendahnya kepercayaan bawahan atau murid atau mahasiswa terhadap atasan, guru dan dosen menjadi masalah mendesak dan penting yang harus diatasi bersama- sama. Ingat waktu Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Pasti ada guru idola yang disenangi oleh setiap siswa. Begitu juga dengan pekerja di perusahaan ada atasan idola yang mereka selalu ingat. Apa yang membuat guru tersebut diidolakan. Apa yang membuat trainer tersebut disenangi. Apa yang menyebabkan leader atau supervisor disayangi?
Menjadi guru, dosen, trainer, fasilitator, supervisor yang dihormati dan dihargai dan dapat dipercaya sebetulnya mudah. Dengan cara membangun karakter . Tanpa karakter yang kuat tak akan memperoleh hasil maksimal. Ada beberapa karakter yang harus dimiliki oleh fasilitator, trainer, guru, dosen. Menurut Steven M.R Covey ada 13 prilaku yang dapat membangun karakter, adalah: Berbicara apa adanya, menunjukkan rasa hormat, menciptakan transparansi, memperbaiki kesalahan, menunjukkan loyalitas, memberikan hasil, Menjadi lebih baik, Menghadapi kenyataan, Memperjelas harapan, mempratekkan akuntabilitas, mendengarkan lebih dahulu, memenuhi komitmen, memberikan kepercayaan.
Dalam keseharian saya sering mengatakan ke teman teman bahwa cara termudah dipercaya orang lain maka buatkah tabungan emosional pada orang lain. Dengan cara banyak membantu atau menolong. Sederhana.