Dulu saya pernah terkagum kagum dengan harga ikan lohan yang bisa menembus sampai jutaan rupiah. Pernah juga jenis bunga yang dihargai hingga ratusan juta rupiah. Burung juga ada yang dinilai dengan angka ratusan juta rupiah. Kini batu yang naik kelas.
Pedagang batu akik kini berpesta. Dulu penjual batu akik hanya diminati orang tua. Penjual batu akik dianggap kuno, kampungan. Namun seiring dengan perubahan siklus berubah. Pamor batu akik naik tangga. Kehadiran sosial media mempercepat penyebaran informasi tentang keistimewaan batu akik, batu giok dan batu mulia lainnya. Penggemar batu bukan lagi dari golongan orang tua. Anak muda sekarang lebih peduli. Bahkan ibu ibu pun rajin berburu bacan.
Satu bulan terakhir up date status di Facebook selalu diwarnai informasi batu. Apaun jenis batu di up load lalu diberi komentar yang lucu (meme). Juga ada komunitas yang memang hobby dengan batu bacan rutin meng up load foto bacan. Isinya berbau pameran dan jualan batu. Perputaran uang di sekitar batu ini terus berlanjut. Mulai dari biaya traveling, hunting batu hingga pelosok kampung, pameran batu.
Minggu pertengahan Januari saat melintas di Mega Mall Batam Center , jam tangan menunjukkan pukul 21.00. Pandangan mata saya menangkap pemandangan yang tidak asing pada sebuah meja yang menyediakan aneka batu. Tertata rapi puluhan jenis batu di sana. Pikiran saya lalu melayang pada up date facebook yang rutin menyinggung mengenai bacan. Wajar, pikir saya dalam hati. Lagi musim batu. Passion bangsa kita sssat ini bergeser ke batu. Urusan politik udah mulai ditinggalkan. Sudah bosan kali. Warga negara butuh persepsi baru yang bisa menyegarkan. Salah satu mainan (passion) tersebut adalah bacan.
Dalam sebuah status Facebook seorang kerabat saya megomentari tingkah laku lelaki yang sudah lupa pada anak dan istri karena hoby gilanya pada bacan. Hari hari yang diurus adalah bacan. Seolah olah anak dan istri tidak penting. Istri putus asa melihat hoby sang suami. Bahkan saking sukanya sama batu bacan rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit demi batu bacan.
Persepsi Pada Batu.
Berlian adalah batu permata yang bernilai mahal karena langka. Dari dulu orang suka. Sejak jaman kerajaan hingga sekarang Berlian menjadi barang bernilai tinggi. Hanya golongan kaya yang bisa memilikinya. Keluarga raja, pejabat dan pengusaha kaya. Nilai ekonomi berlian selalu stabil. Harganya tidak pernah turun. Makin langka dan berukuran besar makin mahal.
Sejak dulu dan hingga kini masih ada warga masyarakat yang percaya pada batu tertentu yang diyakini dapat memberi efek magis pada pemakainya. Pada hari Kamis malam 29 Januari 2015 dalam acara ILC (Indonesia Lawak Club) trans TV menayangkan acara bertopik susuk. Salah satu benda yang menjadi bagian dari ritual pemasangan susuk tersebut adalah berlian. Agar memberi efek pada pemakai. Kata nara sumbernya kekuatan susuk tersebut dapat memberi rasa percaya diri pada pemakai. Orang yang melihat s ipemakai susuk akan senang. Si pemakai susuk akan terlihat menarik. Dan diakui oleh si nara sumber bahwa kekuatan susuk tersebut ada yang berasal dari Jin. Nah lho.
Batu tertentu juga diyakini sebagai jimat. Dengan memakai batu tersebut sang pemilik akan kebal. Ketika saya masih Kuliah dulu. Pernah mengalami musibah perampokan. Sekawanan (bekerja dalam tim) perampok menggasak isi rumah orang tua. Barang yang bernilai dan uang digasaknya. Mereka ada sekitar delapan orang. Bersenjata badik terhunus mereka menguras isi rumah. Para perampok meningglkan rumah orang tua dengan santai, meski para tetangga terbangun dan mengintip dari jendela kamar. Tidak berani keluar membantu. Kawanan rampok yang dibekali badik adalah kekuatan yang sulit dikalahkan. Beberapa minggu kemudian salah satu anggota perampok tertangkap di pasar ketika sedang mencuri. Di kawal polisi anggota perampok tersebut menyebutkan salah satu rumah yang pernah ia gasak. Salah satu rumah tersebut adalah rumah orang tua saya.
Saat melakukan olah TKP (tempat kejadian perkara) beberapa warga yang lepas dari pengawalan polisi memukul dan menendang dengan penuh tenaga sang perampok. Namun si perampok tidak merasakan sakit sama sekali. Justru warga yang kesakitan. Ketikal dipukul dengan kayu balok pun hasilnya sama. Baloknya yang patah. Aneh kan. Namun Pak Polisi yang berpengalaman tahu kelemahan si Rampok. Kekuatannya ada pada batu yang dia tempatkan di mulutnya. Setelah dikelurakan dari mulut si perampok. Kekuatannya juga langsung hilang. Saat di tes sekali pukul ia langsung meringis kesakitan. Untungnya ia tidak menyanyikan lagu Citata Sakitnya tuh di sini, he he he.
Kembali ke soal Bacan. Persepsi kolektor terhadap batu bacan tentunya beragam. Ada yang melihat dari sisi estetika, kelangkaan, nilai ekonomi dan juga segi magic. Terlepas dari itu semua. Siklus ini akan terus berputar. Entah berapa lama akan bertahan. Berdasarkan realita sebelumnya, kecintaan dan nilai jual tinggi terhadap benda, hewan dan tumbuhan selama ini memperlihatkan trend siklus yang sama. Satu pesan bagi yang jadi follower.Jangan investasi di akhir, karena ketika anda akan melepas bacan tersebut untuk dijual bisa jadi nilainya sudah jatuh kembali. Seperti yang sudah sudah. Bacan mana Bacan mana, di mana.