7 Januari 2016. Saya mulai membuka blog saya lagi. Ada rangkuman dari Worpress.com. Laporan Marumpa wordpress.com tahun 2015. Lumayan banyak pengunjungnya. Meski tidak sebanyak tahun tahun sebelumnya. Saya akui produktifitas saya menulis rendah. Namun semangat mengikuti sang Guru Pramoedya Ananta Toer rajin menulis selalu terngiang di kepala. Paling tidak jangan sampai berhenti menulis. He he he. Dengan cara mengasah menulis, akan lahir karya yang baik, pikir saya dalam hati, sembari membayangkan novel Bumi Manusia.
Karya tidak boleh membeku di dalam otak. Ide, rencana, pemikiran harus dikeluarkan dari comfort zone. Harus diwujudkan dalam bentuk tulisan. Begitu suara hati saya. Pikiran bawah sadar akan protes bila saya hanya jago berteori tapi tidak bertindak. Terima kasih ke pikiran bawah sadar saya yang begitu rajin mengingatkan saya untuk terus mengaktualisasikan ide penulisan saya.
Saya akui pikiran bawah sadar saya sangat cerdas dan lebih powerfull dibanding pikiran sadar saya.
Ide, Pemikiran, Konsep itu bagus. Tahun 2016 harus berubah. Saya tidak mau dan lagi dipenjara ide. Ide itu harus terbang. Konsep itu harus dilepas. Saatnya implementasi. Seperti burung Merpati. Mengepakkan sayapnya. Terbang. Waktunya merubah ide menjadi realitas. Sekarang.
Guru Imajiner saya Steven Covey penulis buku terlaris sepanjang sejarah Tujuh Kebiasaan Efektif Manusia mengajarkan pentingya bertindak. Hanya pecundang, hanya orang reaktiflah yang selalu menunda dan berkata,” Bila saya…., jikalau saya….., seandainya saya…, namun tidak ada realisasi. Steven Covey menawarkan cara efektif yakni Proaktif. Berinisiatif dan bertanggungjawab terhadap segala pilihan yang kita ambil. Steven Covey mengingkatkan bahwa saya bukan korban, saya punya pilihan. Pesan pesan Steven Covey menari di sel sel otak saya.
Tahun 2015 terlampaui begitu cepat. Seolah olah baru kemarin menginjak Januari 2015. Tak terasa Januari 2016 pun sudah kulangkahi tujuh hari. Berbagai tantangan baru bermunculan. Masyarakat Ekonomi Asean salah satunya. Tanpa kusadari sudah berlaku.
Ternyata banyak profesional tak siap menghadapi MEA. Dua minggu sebelum menutup tahun 2015 saya sempat mengikuti workshop tentang pelatihan tenaga kerja di Batam. Ada pembicara dari Disnaker Pusat. Difasilitasi oleh Disnaker Kota Batam. Dihadiri oleh perwakilan Lembaga pelatihan swasta dan pemerintah. Kesimpulan yang saya dapat adalah rangkaian regulasi yang tidak memberikan jawaban kongrit terhadap pengembangan Sumber Daya Manusia negeri ini.
Kaya aturan tapi miskin realisasi. Akhirnya saya berpikir kita tak memiliki konsep menghadapi MEA. Tidak punya konsep ya itulah adanya. Meski MEA tinggal beberapa minggu lagi. Tidak punya pedoman atau SOP, tidak punya panduan menjalankan MEA. Yang terjadi adalah keributan dan keluh kesah ketidaksiapan menghadapi MEA. Ada yang mengatakan bahwa yang siap menghadapi MEA hanya pemerintah, tapi penduduknya tidak siap. Ada yang menyalahkan kurangnya sosialisasi. Yang bermunculan adalah sikap negatif. Sikap reaktif dengan berlakuknya MEA.
Persis seperti kisah Hwo Move My Chesee dimana sang Kurcaci hanya sibuk menggerutu dan mengeluh saat perubahan terjadi. Tidak bertindak akhirnya terancam kelaparan. Digilas oleh perubahan.
Kondisi bangsa kita saat ini persisi seperti kisah Kurcaci dalam buku Hwo Move My Chesee. Sibuk mengeluh, menyalahkan, marah, bukannya mencari solusi.
Agar tidak jadi korban, agar tidak seperti si Kurcaci. Saya memilih diam. Dengan cara mengajak sang otak dan pikiran untuk bekerja menemukan solusi. Hanya dengan melangkahlah kita akan berada di garis finis. Tanpa langkah awal maka tak akan ada hasil akhir. Karena itu tahun 2016 saya harus melangkah. Lalu melampau target yang dibentang. Selamat datang 2016. Semoga tahun 2016 mampu menyelesaikan rencana yang pernah saya gagas. Saatnya bekerja. Semangat. Contagious.