Budaya Timur memiliki sejarah yang panjang. Pengobatan, Pemikiran, dulu dianggap kuno justru mendapat tempat terhormat. Contohnya adalah atlit di Olimpiade Rio de Jenario Brasil 2016 beberapa atlit renang, angkat besi, atletik menggunakan pendekatan tradisional untuk meningkatkan kinerja mereka. Bekam. Terlihat bekas bekam di tubuh sejumlah atlit dunia. Atlit tersebut mengakui bahwa efek bekam bagus untuk memperbesar pembuluh darah dan mempercepat proses penyembuhan. Bekam berasal dari Timur.
Sidarta Gautama dari India meninggalkan istana lalu hidup sederhana. Dia menemukan arti kehidupan yakni menimbang benar, berpikir benar, berbicara benar, berbuat benar, cari nafkah benar, berusaha benar, mengingat benar. Konsep Timur tidak hanya Sidarta Gautama, tapi masih banyak lagi pemikir dan tokoh lainnya yang konsepnya berakhir pada berpikir, bertindak benar.
Seiring dengan perjalan waktu. Melintasi jaman. Pemikiran Barat dan Timur berjumpa. Barat dapat diwakili oleh DR. Wiliam Edward Deming dari Amerika Serikat.
Beliau dikenal sebagai Ahli Matematika, Statistik. Deming tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan manajemen kualitas. Buah pikirnya bahkan menjadi inspirasi bagi industri–industri di Jepang hingga mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan pada dekade 1950 – 1960.
Dr. William Edwards Deming. Lahir di Sioux City, Iowa, Amerika Serikat 14 Oktober 1900. Ayahnya mengenyam pendidikan bidang hukum dan matematika. Ibunya mengenyam bidang musik. Kedua orang tua beliau memang sangat peduli terhadap pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka. Tak heran jika Deming memiliki kemauan yang kuat dalam mengenyam pendidikan.
Deming pernah menempuh pendidikan di University of Wyoming. Gelar sarjananya dalam bidang teknik elektro (1921), melanjutkan pendidikan magisternya di University of Colorado di bidang matematika fisika (1925), pendidikan doktoral di Yale University (1928). Pada masa awal karir profesionalnya pernah bekerja di Departemen Agrikultur, Amerika Serikat (USDA) (1927 -1939) kemudian pindah bekerja di Biro Sensus pemerintah Amerika Serikat hingga tahun 1946. Setelah keluar dari Biro Sensus, Edward Deming memulai pekerjaan barunya sebagai konsultan swasta dan pada saat yang bersamaan beliau juga menjadi Profesor di bidang Statistik di New York University.
Kisah awal kesuksesannya di Jepang, dimulai tahun 1947 saat Jendral Mac Arthur, komandan tertinggi Sekutu menggunakan jasanya melakukan sensus di Jepang. Selama proses sensus tersebut Deming berteman dengan ilmuwan-ilmuwan serta insinyur-insinyur Jepang yang tergabung dalam serikat atau JUSE. Ilmuwan JUSE tertarik untuk mempelajari statistical process control dan konsep Quality Management-nya untuk di terapkan pada industri-industri di Jepang.
Pada tahun 1950, Deming memulai pelatihan tentang statistic process control dan konsep Quality management kepadaM managers, Insinyur, Sarjana bahkan para Top Managers di Jepang..
Atas jasanya pada tahun 1951 pemerintah Jepang menyelenggarakan program reward bagi para pelaku yang berkontribusi terhadap penerapan dan pengembangan total quality management dengan nama “Deming Prize” yang diambil dari nama beliau.
Konsep dasar beliau yang dikenal dengan “Deming Philosophy” mengajarkan bahwa penggunaan manajemen yang tepat dan baik akan membawa organisasi meningkatkan kualitas mereka. Dengan meningkatnya kualitas maka secara bersamaan akan mengurangi biaya-biaya dari organisasi tersebut. Menurut beliau kuncinya adalah perbaikan yang dilakukan secara terus-menerus dan peningkatan kualitas akan membawa organisasi kearah yang lebih baik di masa yang akan datang.
Nah konsep Deming ini sesungguhnya sama dengan pemikiran Sidarta Gautama seperti di singgung di awal. Berbicara tentang berpikir dan bertindak benar. Nah, kebenaran tersebut adalah perubahan.
Jaman berubah, sistem berubah, cara berubah, konsep berubah, pelanggan berubah. Karena itu eksekutif jangan terpaku pada dirinya. Eksekutif di perusahaan harus melatih cara berpikir demi kelangsungan perusahaan. Kalau eksekutif tidak mau berubah maka pelanggan yang akan berubah. Pelanggan akan leri ke tempat lain demi memudahkan urusannya.
Ya pelanggan adalah fokus pada solusi. Pelanggan tidak tertarik dengan merek besar. Pelanggan tidak tertarik dengan Nama besar. Pelanggan tidak teratrik dengan masalah anda. Pelanggan hanya tertarik bagaimana anda bisa memberikan solusi. Pelanggan anda tertarik pada benefit, manfaat.
Untuk memahami benefit bagi pelanggan maka kita harus paham need mereka. Kita harus paham (berpikir dan bertindak benar ) pada sudut pandang kebutuhan pelanggan. Ya pelanggan hanya fokus pada solusi. Kalau kita tak berpikir benar dan bertindak benar maka pelanggan akan lari. Maka perusahaan akan mengalami lesu darah. Perusahaan tidak akan bisa bertahan hanya dengan nama besar dan SDM Pintar. Pelanggan yang tidak berubah akan terkubur dalam buku sejarah sebagai perusahaan yang pernah jaya dan akhirnya terpuruk karena gagal paham. Ha ha ha.
Minggu lalu tepatnya tanggal 27 Agustus 2016. Saya berkesempatan terlibat membantu panitia Teko 3. Sebuah acara pertemuan atau reuni Top Manajemen dari ratusan perusahaan yang berada di bawah naungan Group Salim. Saya belajar bahwa orang sukses itu ternyata hidupnya sederhana. Tercermin dari acara Teko 3 yang dikemas dalam suasana kekeluargaan dan menarik. Tempatnya dilaksanakan di Indocare. Bukan di Hotel bintang.
Dalam acara Teko 3 alias Temu Kangen. Ada catatan yang membuat saya tertarik pada pemikiran pemimpin Group Salim. Anthony Salim (CEO Group Salim ) mengemukakan di depan Jajaran Top Manajemen bahwa “Kita tak bisa lagi menganut cara lama, bahwa pemimpin tidak pernah salah, kalau pemimpin salah kembali ke pasal satu.” Dalam sambutannya Anthony Salim mengatakan, “ke depan kita fokus pada Kemampuan Belajar (Continuous Improvement), dedikasi, loyalitas, team work, hard work. Itulah yang perlu dilakukan agar bisnis yang telah dibangun terus berkembang.”
Dari sambutan Anthony Salim mengingatkan saya pendekatan yang mempertemukan Barat dan Timur . Menjadi perpaduan yang penting dalam menghadapi perubahan yang terus berlanjut dan cepat (Fluktuasi Management). Itulah yang saya pelajari. Kekuatan Barat dan Timur yang diapadukan menjadi sebuah pedoman dalam mengelola bisnis menjadi luar biasa. Saya angkat topi , meski nenek moyang Anthony Salim berasal dari Tiongkok namun berhasil karena terus belajar, berpikir benar dan bertindak benar. Menyatukan kekuatan Barat dan Timur. Hasilnya adalah sukses. Contagious.
Thanks buat info dan motivasinya.