Jaman Presiden Soeharto adalah jaman di mana media massa elektronik khsusunya Televisi menjadi sarana yang paling vital untuk mendapatkan informasi dari istana negara. Ada jumpa pers yang diburu para wartawan untuk mendapatkan informasi resmi dari pemerintah. Sumber informasi yang dikeluarkan oleh istana negara disampaikan oleh Pembantu Presiden. Waktu itu Harmoko adalah Menteri Penerangan yang paling sering menyampaikan siaran pers atau jumpa pers.
Kini sudah jarang menyaksikan jumpa pers di televisi. Sumber informasi sangat beragam. Generasi millenium sudah beralih ke Youtube dan sosial media (FB, IG, Line, Path, WA). Barangkali hanya generasi tua yang masih menonton Televisi. Saya pun sudah memasukkan televisi ke gudang sejak lima tahun lalu. Bukan karena ikut – ikutan generasi millenium lho ya, he he he.
Seiring dengan berubahnya saluran informasi. Presiden RI sekarang pun tidak lagi mengandalkan media TV sebagai wadah komunikasi dengan rakyat. Presiden Jokowi memanfaatkan atau tepatnya mempekerjakan anak muda yang jago dan hebat di bidang sosial media. Saluran media itulah yang menjadi channel komunikasi dengan rakyat. Selamat tinggal Televisi. He he eh . Televisi bukan lagi pilihan utama. Jaman berubah coy.
Ketik akun Twitter Joko Widodo@jokowi menjadi heboh di tengah masyarakat dan di saat bersamaan pemerintah menangangi kasus teror bom Surabaya. Publik terkejut ketika pengelola akun menanggapi unggahan akun personel group band remaja JKT48 Baby Chaesara Anadila.
Muncul polemik di tengah masyarakat. Pakar komunikasi menyayangkan bila akun presiden di kelola oleh admin. Ada kesan bahwa Presiden kurang serius berkomunikasi dengan rakyat. Pakar Komunikasi Politik Universitas Paramadina Jakarta, Hendri Satrio berkata, “Seharusnya ada perbedaan antara Jokowi sebagai individu dan Jokowi sebagai presiden.” Sumber dikutip dari Kompas.
Dari sudut Teori Kepemimpinan khususnya delegasi. Ada beberapa pekerjaan yang tidak perlu dikerjakan oleh pemimpin. Karena menyita waktu. Pekerjaan yang didelegasikan sifatnya tidak berhubungan dengan tanggungjawab besar sang pemimpin. Bukah tentang hal hal yang berbau rahasia. Kalau sifatnya rutin sudah ada ahli yang bisa dam mampu mengerjakannya maka pekerjaan tersebut dapat di delegasikan. Sekali lagi khusus untuk hal yang butuh tanggungjawab besar sebaiknya dilakukan secara personal.
Dalam membangun kedekatan dengan rakyat sentuhan secara personal sangat tinggi nilainya. Bayangkan ketika kita menelpon sebuah perusahaan namun yang mengangkat adalah mesin. Rasanya kurang pas ya gays. Jauh lebih nyaman ketika berinteraksi dengan manusia.
Kenapa saya menghargai komunikasi dengan manusia. Karena berkomunikasi dengan manusia kita bisa merasakan emosi lawan bicara. Tinggi rendahnya nada suara, dari ekspresi nada yang kita rasakan serta adanya rapport (penyesuaian dan kecocokan) dengan lawan bicara membuat interaksi menjadi lebih nikmat.
Namun kita juga tidak bisa protes Presiden bila mendelagasikan beberapa tugas ke admin untuk urusan komunikasi dengan rakyat. Sebagai Presiden memiliki kegiatan yang sangat padat. Itu pasti, namun kalau Presiden sendiri menjadi admin secara pribadi untuk sosial media miliknya maka rakyat akan merasakan kehangatan dan kedekatan. Dalam buku speed of trust karangan Steven Covey Junior mengatakan kejujuran akan membuat integritas makin meningkat. Salam Millenium.