Lukisan bagus tidak lahir dalam satu hari. Butuh proses . Tidak ada karya instant. Pelukis yang memiliki bakat menggambar tidak otomatis bisa melahirkan karya bagus. Proses berlatih ratusan jam bahkan ribuan jam akan melahirkan karya berkualitas. Bakat menggambar yang bagus, namun bakat menggambar tanpa diimbangi kegiatan berlatih akan sia sia. Sesuai dengan prinsip Hukum Malcoln Gladwell bahwa maestro lahir dari latihan 10.000 jam praktek. Hal sesuai dengan prinsip cara kerja Otot meylin otak.
Pakar etos kerja juga sudah menggarisbawahi, passion bukan hanya sekadar menemukan hobby. Passion adalah melakukan aktivitas yang disenangi (hobby) dan disertai prestasi dan kinerja. Sekadar bisa melukis atau menggambar tapi tidak disertai prestasi dan kinerja belumlah layak disebut memiliki passion.
Kembali ke proses. Di Jepang ada istilah Kaizen. Yaitu aktivitas improvement secara terus menerus. Kaizen bukan inovasi. Kaizen dilakukan secara berkelanjutan, lingkup tidak besar dan tidak membutuhkan biaya sangat besar. Beda dengan inovasi khsusunya gaya Eropa yang melihat inovasi sebagai sesuatu yang besar, cepat dan berbiaya besar. So bagaimana dengan aktivitas melukis. Pendekatan Kaizen adalah solusi untuk melahirkan karya bagus. Istilahnya tiada hari tanpa melukis
Bagaiaman prosesnya. Sebagai penggiat seni rupa yang belajar otodidak. Sejak kelas 4 SD sudah melakukan aktivitas menggambar di kertas gambar dengan pinsil atau dengan spidol. Di SMP berlatih dengan cat air, dan saat duduk di bangku SMA kelas tiga berlatih menggunakan cat minyak. Belajar otodidak tanpa guru pembimbing. Hanya melihat karya orang lain lalu meniru dan mencoba praktek sendiri. Hasilnya jauh dari harapan. Tapi ada dorongan kuat untuk terus belajar. Obsesi ingin menjadi pelukis hebat membara saat itu.
Gelisah karena karya lukis tidak sebagus dibanding pelukis hebat membuat gairah untuk berlatih kian membara. Setelah menabung akhirnya berani membuat kanvas sendiri. Bahannya dari kain terigu. Kain terigu Di cat dengan cat minyak. Jadilah kanvas buatan sendiri. Selanjutnya membeli cat minyak dan kuas. Karya lukis cat minyak pertama pun akhirnya tuntas, saya senang. Paling tidak dengan belajar sendiri secara otodidak bisa menelusuri proses pembuatan karya lukis.
Saat kuliah kegiatan melukis berganti fokus belajar menulis. Melukis tidak begitu aktif. Kegiataan melukis kembali bergairah Saat menjadi buruh. Di sela kesibukan bekerja tetap melakukan kegiatan praktek melukis. Namun harapan untuk membuat karya bagus masih terngiang di pikiran bawah sadar. Setelah berlatih dan praktek akhirnya pengalaman menjadi guru terbaik. Untuk mendapatkan karya berkualitas ternyata tidak hanya dituntut penguasaan teori seni rupa saja namun alat melukis juga sangat menentukan hasil. Cat minyak yang kupakai selama ini ternyata punya level kualitas. Dan selama ini memakai kualitas pelajar yang harganya ekonomis. Pigmen warna cepat pudar. Kecewa. Setelah mengganti kualitas cat untuk melukis dengan cat yang memeiliki pigmen yang kuat barulah bisa membuat karya lukisan yang sesuai harapan. Kesimpulan, untuk menjadi pelukis membutuhkan jam terbang dalam praktek dan berlatih, penguasaan teori seni rupa, penggunaan cat melukis dengan bahan berkualitas terbaik. Salam Art.