Rumah adalah surga. Bagi Gelandangan yang tidak memiliki rumah, tidur di jalanan, pos ronda, emperen toko, halte bus adalah hal yang biasa. Gelandangan atau Tuna Wisma, kapan pun siap diusir oleh Satpol atau Petugas Kebersihan. Di Ibukota , jamak ditemui keluarga yang hidup di gerobak. Gerobak bisa jadi tempat beristrahat untuk anak di malam hari dan menjadi sarana pendukung untuk bekerja di pagi hari.
Bagi pengumpul barang rongsokan atau barang bekas untuk mengumpulkan barang hasil mulung, groibak adalah wadah yang sangat penting untuk mendukung usaha. Gerobak disulap jadi alat kerja di pagi dan sore hari. Pada malam hari menjadi tempat untuk berlindung dan beristrahat.
Rumah adalah sarana untuk menunjang kebutuhan yang tidak murah. Pertumbuhan harga perumahan di ibukota memaksa anak anak generasi sekarang terpaksa mencari perumahan di daerah pinggiran ibu kota.
bagi yang tidak memilih tempat tinggal di pinggiran terpaksa memilih tinggal di kontrakan.
Kontrakan tahu sendiri kan? Ukuran dan luas hanya untuk bisa menampung satu atau dua orang. Ukuran kamar 2 kali 3 meter. Di dalam sudah ada tempat tidur, lemari, kamar mandi. Harga sewa kontrakan sebulan rata rata di atas satu juta rupiah untuk Kos Kosan yang berlokasi di daerah menengah di Jakarta. Di wilayah Thamrin atau Sudirman, Kos kosan harganya sudah menembuh angka 3,5 juta per bulan. Ukuran berkisar 2 kali 3 meter untuk yang sederhana. Tersedia kamar mandi dalam, tempat tidur, AC, Pakaian di cuci dan di strika oleh pengelola.
Beruntung bagi perusahaan yang menyediakan fasilitas tempat tinggal atau mess bagi karyawannya. Tidak semua pekerja di ibu kota dapat menikmati fasilitas bekerja seperti itu. Tapi kalau anda memiliki kompetensi langka dan anda adalah asset maka kebutuhan anda akan disiapkan oleh perusahaan.
Kembali ke rumah. Y,a rumah sangat vital bagi keluarga. Keluarga yang baru berumah tangga sebaiknya memikirkan untuk mendahulukan memiliki tempat tinggal. Kesalahan generasi millenium saat ini adalah mengutamakan membeli perlengkapan konsumtif. Terjebak dengan sosial climber. Trend generasi Sosial Climber dengan mengutamakan membeli pakaian bermerek, tas bermerek, makan di Restoran, membeli motor sport atau mobil, melengkapi diri perlengkapan elektronik terkini (lebih khusus handphone seri terbaru yang dilengkapi fasilitas kamera ) dan yang tak dilewatkan generasi millenium adalah jalan jalan ke luar negeri.
Kecanduan di instagram (sosial media) untuk posting kehidupan sosialnya membuat pelaku terjebak hedonis. Ingin terlihat kaya namun kere.
Generasi millenium yang terjebak pola ini akan tersika di masa tua saat pensiun dan tidak memiliki tempat tinggal permanen. Harus kembali bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup dan tinggal ngontrak rumah, di kos kosan atau sewa apartemen.
Coba kita berpikir di luar kebiasaan warga ibu kota? Pilihan untuk tinggal di kampung atau di desa yang jauh dari ibukota ternyata bisa jadi alternatif. Meski jauh dari mall, jauh dari keramaian, jauh dari kota tidak bertarti berhenti bekerja. Kini saatnya bisnis on line. Jual beli tidak lagi harus di Ruko, Di Mall atau di Pusat Perbelanjaan.
Generasi Millenium bisa mencoba tinggal di pelosok kampung yang sejuk nan damai. yang masih banyak hutan, kebun, dan udara sejuk . Seperti pelukis, penulis, desainer, adalah surga bila menemukan tempat indah di daerah yang indah. Lingkungan yang indah dapat memberi inspirasi untuk berkarya. Hasil karya bisa ditawarkan (marketing ) melalui on line. Tidak ada alasan untuk harus menetap di Ibukota kalau kantong tidak terukur. Saatnya memberdayakan desa dan kampung halaman. Yuk pulang kampung. Rumah menanti di kampung halaman. (MR).