Pak Soeparjo. Charcoal on canson paper,
Soeparjo, “Menyediakan Lapangan Kerja adalah Ibadah.”
Berbicara tentang PT Tunaskarya Indoswata berbicara tentang Human Resource service. 30 Tahun lalu, sejak Kawasan Industri Batamindo dibangun. Tidak cukup hanya sekadar membangun gedung gedung, jalan, fasilitas listrik dan air. PT Tunaskarya Indoswasta sebagai anak perusahaan PT Batamindo Industrial Coorporation (Kini dikenal sebagai Bataimdo Industrial cakrawala) membutuhkan pengelolaan sumber daya manusia. Batamindo Industrial Park lahir sebagai kawasan industri terbesar di Indonesia sukses memajukan ekonomi Pulau Batam.
Kendala yang dihadapi tidak mudah. Salah satu kendala pembanguna Kawasan Industri Batamindo adalah kelangkaan tenaga kerja. Jumlah penduduk Batam saat dibukanya Batamindo Industrial Park pada tahun 1989 hanya kurang lebih 400.000 juta jiwa. Jumlah tenaga kerja produktif untuk mendukung Batamindo Indutrial Park sangat terbatas terbatas.
Salah seorang teman penulis di Batuaji Kapling Lama saat minta tanggapan kenapa awal berdirinya KIB susah mendapatkan tenaga kerja. Jawab kawan adalah lebih enak bekerja di negeri jiran (Singapura) upahnya dalam bentuk Dollar Sin. Nilainya lebih besar dibandingkan sebuakn UMK kota Batam. Lagi pula proses masuk ke Kota Singapura saat itu tak terlalu ketat.
Jumlah tenaga produktif yang terbatas di tambah keengganan pekerja produktif bekerja di sektor manufacturing membuat pusing. Kondisi tersebut diperparah dengan dengan isu miring tentang perdagangan manusia. Membuat orang tua di dearah asal AKAD (Antar Kerja Antar daerah) menolak melepas anaknya bekerja ke Batam. Ya, salah satu syarat mengikuti program AKAD adalah mendapatkan ijin orang tua.
Solusinya adalah penyediaan tenaga kerja AKAD (Antar Kerja Antar Daerah). Syarat AKAD juga tidak mudah. Ada syaratnya. Bukan hanya mendpat ijin dari orang tua. Pekerja yang mengikuti program AKAD harus mendapat perlindungan dan kesejahteraan. Hak mereka adalah Tempat tinggal layak, Keamanan, Fasilitas Ibadah dan Keagamaan. PT Batamindo Industrial Coorporation melengkapi fasilitas pendukung AKAD dengan ratusan Blok Dormitory yang bisa menampung tenaga kerja hingga 20.000 orang. Berdirilah dormitory mulai dari blok W(Wooden), Blok A, B, C, D, E, F, G, H, I ,J K, L, M, S, lalu disusul Blok P, Blok Q, blok R dan Blok O. Fasilitas ibadah pun dibuat. Dua buah Masjid, satu Gereja, satu Pura. Community Center, lapangan Bola, Lapangan Basket, Lapangan Bulutangkis, Pujasera, Keamanan Kawasan Industri yang dijaga 24 jam.
Apakah masalah sudah selesai. Belum masih ada Road Show ke sejumlah kota tujuan pekerja AKAD.
Sosialisasi dilakukan secara marathon untuk menggambarkan Kawasan Industri Batamindo yang sangat moderen. Karel Budiman sebagai GM PT Tunaskarya bersama staf turun ke daerah daerah memberikan sosilaisasi. Hasilnya efektif. Lama kelamaan Kawasan Industri Batamindo menjadi tujuan utama para pencari kerja yang baru lulus sekolah menengah atas.
Lalu siapa di Balik kisah sukses tersebut. Letjen Soeparjo adalah Direktur Utama PT Tunaskarya Indoswasta memberikan motivasi. Motivasinya sangat sederhana, “Membantu penyediaan lapangan Kerja adalah Ibadah.”
Pada tanggal 30 Oktober 2019, Kuky Permana, Karel Budiman dan Staf PT SDM dan ex staf PT Tunaskarya Indoswasta melakukan kunjungan ke rumah Soeparjo di Bandung. Di usia 90 – an tahun Soeparjo duduk di kursi roda menerima tamu. Soeparjo senang mendapat kunjunga. Soeparjo mendengarkan perkembangan PT Tunaskarya Indoswasta dan Batamindo Industrial Park dari Kuky Permana. Pesan Soeparjo masih sama sampai hari ini, “Tujuan utama menyediakan lapangan kerja adalah Ibadah.” (MR).