Sepeda. Pinsil pada kerta A4. Artis M. Rusli
Sepeda
Masa kecil saat usiaku masih 7 tahun. Masih ingat dengan kuat Sepeda milik Bapak. Sepeda terparkir di rumah adalah sepeda othel. Milik Bapak. yang dipakai berangkat dan pulang kerja di Lanud Hasanuddin. Bapak adalah PNS golongan rendah di Lanud Hasanuddin. Kekayaan yang ia miliki salah satunya adalah Sepeda Onthel.
Saat itu keinginan untuk belajar naik sepeda sangat tinggi. Meski tidak ada yang mendampingi, saat sepeda tua itu nganggur , perlahan lahan kubawah ke halaman rumah. Belajar sendiri.
Cara belajar unik. Sepeda untuk orang dewasa tingginya jauh melebihi tinggi badan saya. Cara mengayuhnya juga unik. karena kaki belum sampai bila kayuh dari atas saddle, jadilah kayuh sepeda dari samping. Lama lama bisa juga. Sepeda onthel itu pun bergerak ke depan. Rasanya bangga sekali. Senangnya luar biasa.
Sepeda itu menjadi hiburan di kala sore. Bermain sepeda di halaman rumah atau di sawah. Bapak tak pernah marah bila sepedanya kupakai belajar.
Beberapa kali saya terjatuh. Namun sepeda tahan banting. Buatan Eropa. Sepeda jaman dulu kuat.
Saat memasuki SMP, sepeda bapak masih awet. Di sore hari kubawa main ke jalan dekat hanggar pesawat. Jalannya lebar dan sepi. Dari jauh terlihat pesawat pesawat yang dalam perawatan. Lanud Hasanuddin, khususnya di Hanggar pesawat masih sepi. Bermain sepeda sungguh menyenangkan. Sepeda Bapak kukayuh dengan kecepatan tinggi. Tiba- tiba sepeda bergetar. Keseimbangan hilang. Lalu jatuh di jalan. Badan penuh lecet. Perih.
Sore itu sepeda saya tuntun pulang ke rumah. Sepedanya aman aman saja. Saya yang merasa nyeri. Setelah menyimpan sepeda dengan rapi. Lalu membersihkan luka. Mencari obat merah. Mengobati sendiri tangan dan kaki yang sobek karena gesekan dengan jalan.
Kini saat melihat sepeda onthel, ingat musibah beberapa puluh tahun lalu. Ada pelajaran. Sepeda akan diam di tempat kalau tidak di kayuh ke depan. Saat mengayuh sepeda butuh keseimbangan agar tetap di jalur yang benar. Dalam hidup Visi harus di buat. Maka visi atau tujuan harus diejawantahkan agar sukses diraih. Hidup tanpa tujuan dan tindakan bagai hidup tak bernyawa. Salam Kaizen.