Cerpen. Karya M. Rusli.
![](https://marumpa.files.wordpress.com/2021/04/94437027_10216693630718431_9219140325837111296_n.jpg?w=1024)
Ada sebuah pesan masuk ke HP Rudi. Notifikasi artikel pendakian. Rudi lalu membuka artikel itu setelah membaca lebih jauh perhatian Rudi tertuju pada satu aplikasi perkenalan. Senangnya Rudi karena mendapat teman baru. barunya Seorang gadis manis yang sangat suka dengan alam. Wah klop nih batin Rudi. Punya kawan manis yang hobbynya sama dengan Rudi. Kesempatan emas tak boleh di lewati. Tak lama Rudi dan Gadis manis itu akrab meski hanya di sosial media. Nama wanita itu adalah Novi. Novi masih mahasiswi Geologi. Rudi dan Novi akhirnya membuat rencana mendaki bersama. Gunung yang akan di daki adalah Gunung Gede Pangrango.
Covit 19 mengacaukan investasi. Seluruh dunia merasakan dampaknya. Banyak perusahaan tumbang. Karyawan di PHK. Khusus perusahaan bergerak di bidang jasa pariwisata paling merasakan dampaknya. Rudi salah satu pekerja yang selamat dari badai covit 19. Perusahaaanya yang bergerak di bidang supply chain justru sangat dibutuhkan. Ketika bidang usaha umumnya dibatasi dan ditutup, bisnis di bidang supply chain harus tetap beroperasi. Rudi bekerja di bagian logistik makanan di Jakarta.
Memasuki bulan November 2020 kebijakan pemerintah membatasi ruang gerak warga masyarakat menyangkut covit 19 agak dilonggarkan. Rudi sudah lama ingin naik gunung. Ia selama ini memilih gunung seputar Jawa Barat sebagai tempat melampiaskan hobynya. Rudi merawat kesehatan dan kebugaran, di hari Sabtu dan Minggu rutin jogging di seputar Danau Sunter. Kebugarannya terjaga baik.
Rudi akan melakukan pendakian bersama Novi nantinya. Hobby ini sudah ia tekuni sejak kuliah. Rudi merasa leluasa bergerak bila melakukan pendakian solo. Untuk pendakian di November 2020 Rudi memilih Gunung Gede Pangrango. Rudi terpesona dengan gunung ini, setiap berangkat kerja melintas di kemayoran Rudi sering melihat penampakan Gunung Pangrango dengan jelas. Saat Covit memang aktivitas warga ibu kota terbatas. Jalan raya agak sepi, kendaraan di parkir di rumah. Jumlah kendaraan di jalan raya hanya setengah di banding hari normal. Langit Jakarta jadi biru dan bersih. Pemandangan Gunung Pangrango dari kemayoran pun mudah dilihat.
Meski belum berjumpa secara langsung dengan Novi, rencana pendakian di manage dengan matang. Rencananya Rudi akan berjumpa Novi di kaki gunung Pangrango. Ah alangkah indahnya bisa menyalurkan hobby ditemani wanita yang manis. Jiwa lelaki Rudi bergejolak.
Akhirnya Gunung Gede Pangrango buka setelah sempat tutup. Gunung Pangrango dibuka untuk pendakian pada Selasa 25 agustus 2020. Pemerintah sengaja menutup beberapa saat lamanya dari pengunjung akibat pandemi covit 19. Ya untuk mencegah penularan. Langkah yang protektif. Wajar lah. Hampir semua elemen masyarakat menerapkan disiplin yang sama.
Ada yang baru untuk seluruh pendaki yang akan naik ke Gunung Gede Pangrango. Pengunjung atau pendaki wajib melakukan registasi online. Caranya mengunjungi situs resmi TNGGP di www.gedepangrango.org. Wah kian canggih ya. Untuk mendaki pun sudah pakai sistem online. Macam pesan ojek online, batin Rudi.
Sebelum memulai pendakian, wajib mematuhi protokol kesehatan. Protokol standar seperti menggunakan masker, hand sanitizer, dan tentunya perlengkapan wajib pendaki. Covit 19 tidak kenal golongan, suku, agama, partai, jenis kelamin, kasta.
Pendaki juga wajib tahu jalur pendakian Gunung Gede Pangrango. Pengetahuan ini sangat penting agar tidak tersesat di perjalanan.
Ada tiga jalur resmi pendakian Gunung Gede Pangrango, yakni jalur Cibodas, jalur Gunung Putri dan Jalur Selabintana. Menurut data Kompas. Com ada tiga tiga jalur yang direkomendasikan bagi pendaki. Enak juga ya batin Rudi. Jaman sekarang sumber informasi melimpah. Persiapan bisa lebih matang.
Jalur pendakian Gunung Gede pangrango lewat Cibodas adalah jalur yang paling lasim dan sering dilewati para pendaki. Terdapat beberapa pos peristrahatan di jalur pendakian via Cibodas. Pos pos tersebut beratap bisa untuk berteduh. Jalur via Cibodas dimulai dengan menyusuri jalan setapak berbatu. Kawasan hutan tropis lebat adalah pemandangan sepanjang jalan. Pemandangan alam eksotis dan indah adalah daya tarik yang tak boleh dilewatkan.
Jalur pendakian via Cibodas memakan waktu kurang lebih 7 hingga 10 jam untuk sampai ke puncak.
Jalur berikutnya adalah Gunung Putri. Trek yang akan dilalui pendaki di sini lebih berat dan agak sulit dibanding via Cibodas. Medan terjal dan trek curam. Pendaki akan merasakannya saat melewati kawasan hutan tropis sekitar Tanah Merah danLlawang Seketeng. Setelah itu pendaki akan lanjut menuju trek hutan pinus yang di kelola KPH Perhutani Cianjur.
Jalur Gunung putri memiliki estimasi waktu tempuh lebih cepat sampai puncak, sekitar 6 hingga 8 jam.
Jalur Selabintana Sukabumi adalah jalur resmi ketiga. Jalur Selabintana di Sukabumi adalah jalur terpanjang menuju puncak Gunung Gede pangrango.
Bagi pemula atau yang belum paham dan sedikit pengetahuan mengenai jalur ini dianjurkan agar tidak nekad melaluinya karena medan yang berat dan menantang. Pendaki akan menemui pacet, sejenis lintah yang bisa mengisap darah di kulit tubuh manusia. Menyusuri sungai dan hutan menjadi tantangan selama pendakian di jalur ini. Kalau penyuka tantangan dan sudah profesional jalur ini bisa menjadi tantangan yang mengatifkan hormon adrenaline. Estimasi waktu tempuh menuju puncak Gunung Gede Pangrango 9 hingga 12 jam.
Diantara tiga jalur Rudi memilih jalur pendakian Cibodas. Rudi sudah tak sabar akan berjumpa Novi. Hari yang ditunggu tunggu itu pun tiba. Rudi meninggalkan tempat Kosnya di Sunter Jakarta pada hari Jumat. Rudi menempuh perjalanan dengan kendaraan umum. Rudi Sampai di Cibodas jelang sore. Ia memilih penginapan di salah satu hotel budget untuk beristahat.
Hari Sabtu Rudi gelisah karena tidak berjumpa dengan Novi seperti janji semula. Rudi kecewa setelah menunggu dua jam. Hand phone Novi tak bisa dihubungi. Rudi akhirnya memulai perjalanan ke puncak Gunung Pangrango. Ia melakukan pendakian solo. Toh ia sudah berpengalaman mendaki solo sejak mahasiswa. Aha tak apa batin Rudi tak jadi berjumpa Novi, Rudi menghibur dirinya.
******
Rudi sangat senang ia bisa melakukan pendakian dengan mulus tanpa hintangan. Setelah tiba di pos. Rudi menjumpai seorang wanita yang juga sedang istrahat. Wanita itu tersenyum ke arah Rudi. Ternyata wanita itu juga melakukan pendakian solo. Rudi langsung akrab dengan wanita tersebut. Rudi menawarkan air mineral ke wanita tersebut.
Kabut mulai turun. Udara terasa lebih sejuk. Sepanjang perjalanan Rudi sekali kali berhenti untuk mengambil spot foto. Jalur pendakian Taman nasional Gunung Pangarngo memiliki landskap menawan. Ada telaga Biru, Rawa Gayonggong, Air terjun Cibeureum dan air panas. Ah surga kata batin Rudi.
Langit mulai gelap. Hujan gerimis yang turun sejak tadi berubah jadi deras. Rudi dan wanita yang menjadi kawan perjalanan mempercepat langkah. Beberapa pendaki lain yang berjumpa Rudi menatap aneh ke arah Rudi. Tapi Rudi tak peduli. Rudi akhirnya melewati jalur Air Panas.
Jalur ini rawan kecelakaan karena jalurnya sempit dan curam. Butuh kehati -hatian melewati jalur ini. Sudah banyak korban. Ada papan informasi peringatan yang terpasang agar berhati hati melewati jalur ini.
Di Pos Pancayangan Rudi mendengar suara gamelan. Rudi mengikuti teman wanitanya karena penasaran dengan suara tersebut. Setelah berjalan selama dua jam Rudi sudah berada di sebuah hutan pinus. Hutannya sangat lebat dan berkabut. Di Hutan lebat ini Rudi terus berjalan menembus pepohonan mengikuti teman wanitanya. Anehnya Rudi mau saja diajak melangkah. Padahal mereka belum berkenalan sejak berjumpa di pos pertama. Ah apalah arti sebuah nama, batin Rudi. Toh wanita manis tersebut sangat ramah.
Di hutan pinus nan berkabut tersebut Rudi memasang tenda. Mereka sepakat untuk beristrahat. Perbekalan di keluarkan. Tk lama kemudian Rudi tertidur hingga pagi. Sinar mentari pagi menembus hutan pinus. Rudi terbangun dan menjumpai teman wanitaya sudah rapi. Ada aroma melati dari teman wanita Rudi. Tumben nih cewek, mendaki pun masih wangi.
Rudi membuka ransel, mengeluarkan bekal untuk sarapan pagi. Setelah itu Rudi melanjutkan perjalanan dengan teman wanitanya. Tapi target ke puncak Gunung Pangrango via Cobodas hanya 8 jam tidak terwujud. Rudi tersesat. Ia berputar putar di Hutan pinus tersebut tidak berhasil keluar. Malam kedua Rudi masih berada di areal pohon pinus tersebut. Rudi bingung karena sering mendengar suara keramaian seperti suara gamelan, suara solawatan dari masjid, suara pasar tapi tidak berhasil menemukan perkampungan.
Hari ketiga di hutan pinus perbekalan sudah habis. Rudi heran dengan teman wanitanya, meski sama sama kehabisan bekal makanan tapi terlihat biasa biasa saja. Beda dengan Rudi. Rudi merasa tenaganya sudah terkuras. Hujan yang sering turun juga membuat dirinya kedinginan. Perut kosong membuat Rudi Hipotermia. Rudi mulai menggigil. Rudi memegang perutnya.
Pandangan Rudi gelap. Ia ambruk. Pingsan di samping wanita manis itu.
*****
Petugas kehutanan yang sedang melintas menemukan Rudi yang sedang tertidur. Rudi dibangunkan oleh petugas kehutanan tersebut. Petugas KPH Perhutani Cianjur rutin melakukan pengawasan hutan pinus agar hutan tetap terjaga dengan baik.
Rudi membuka matanya. Petugas kehutanan memberi minuman kepada Rudi. Perlahan lahan Rudi sadar. Setelah minum dan memakan roti pemberian petugas kehutanan tenaga Rudi pulih.
Pak Hasan nama petugas Kehutanan tersebut. Pak Hasan mengatakan kalau sedang bertugas rutin, ia behenti karena melihat Rudi tertidur sendirian di tengah hutan pinus. Rudi mengucapkan terima kasih kepada Pak Hasan.
Rudi bertanya kepada pak Hasan kalau ia punya teman wanita saat berada di hutan pinus ini. “
Pak boleh bertanya,” tanya Rudi.
“Boleh.” Jawab pak Hasan.
“Apakah Bapak melihat seorang wanita muda. Semalam saya bersama dia istrahat di hutan pinus ini. Kemana ia. Kenapa ia meninggalkan saya sendirian,” Rudi menjelaskan.
Pak Hasan paham dan menenagkan Rudi.
“Tidak ada siapa siapa di lokasi ini selain Adik. Karena itu saya berhenti dan menolong Adik. Tempat di sini jauh dari pos. Banyak orang tersesat di tempat ini. “
“Lalu kemana perginya wanita manis itu,” lanjut Rudi
Pak Hasan bertanya kepada Rudi, “Boleh tahu ciri ciri wanita tersebut?”
“Dia berkulit putih, Rambutnya pendek, wajahnya manis. Tingginya 160 centimeter. Bajunya berwarna merah. Pakai celana pendek merek Eiger. Pendiam dan tidak banyak bicara.” Jelas Rudi.
Pak Hasan kaget mendengar ciri ciri tersebut. Wanita yang dimasud Rudi adalah Novi mahasiswa Geologi yang meninggal di Hutan pinus ini karena hipotermia. Novi sudah meninggal tiga tahun lalu.
Rudi shok mendengar penjelasan Pak Hasan. Rudi merinding. Rudi tak percaya karena nama yang di sebut pak Hasan adalah Novi yang ia kenal di aplikasi dan berjanji untuk mendaki bersama. Kabut kembali muncul dari balik daun pinus. Angin bertiup menerbangkan daun pinus. Suara gesekan ranting pinus membuat suasana terasa angker. Ternyata ia berjumpa dengan seorang arwah bernama Novi.