Fiksi. Oleh M. Rusli.
Covit 19 mengganas di India. Pamdemi Covit 19 di Indonesia juga belum berakhir. Pemerintah Indonesia waspada. Ramadhan 1442 Hujriah sebentar lagi berakhir. Pemerintah membuat kebijakan mudik. Pemerintah secara resmi telah melarang mudik lebaran 2021. Dumumkan dalam Surat Edaran nomor 3 tahun 2021. Lalu keluar addendum atas Surat Edaran no 13 tahun 2021. Sesuai surat edaran tersebut, pengetatan persyaratan Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) dua pekan sebelum dan sepekan setelah masa peniadaan mudik yakni 22 April – 5 Mei 2021 dan 18-24 Mei 2021. Tahun ini ini adalah ramadhan ke enam Sumiatun tidak balik ke Jawa. Empat tahun pertama Sumiatun memang sengaja tidak mudik karena masih sakit bila melihat dan bersentuhan dengan benda benda memorial dan tempat yang dulu menjadi kenangan manis dengan Agus bapaknya Beno.
Dua tahun terakhir kerinduannya pada anaknya memuncak. Sumiatun Sedih. Ia merasa kangen dan ingin mudik. Sumiatun ingin memeluk anaknya yang sudah besar. Ia merasa bersalah membiarkan anaknya tumbuh tanpa memberinya limpahan kasih sayang. Sumiatun memutar lagu religi berjudul Ramdhan karya Maher Zain. Hatinya menangis. Air matanya meleleh mengeluarkan butiran hangat.
Terakhir kali Sumiatun memeluk Beno saat berusia tiga tahun. Beno waktu itu balita yang lucu dan pintar. Sekarang beno sudah berusia sembilan tahun. Cepat sekali anak itu besar. Sembari duduk di bangku beton depan Wisma Batamindo. Sumiatun duduk sendiri di sana.
Bayangan Sumiatun melayang ke masa lalu saat membesarkan Beno. Mata indah Sumi kembali mengeluarkan air hangat. Ia menagis sedih. Ia meraih tas. Mengambil lembaran tisu dan menghapus air matanya. Air mata Sumiatun makin mengalir kala melihat foto bayi Beno yang ia gendong.
Sumiatun juga kangen Ibunya. Sumiatun kuatir dengan ibunya yang semakin menua. Sumiatun kuatir terjadi sesuatu yang tidak dinginkan terhadap ibunya. Sumiatun sadar ibunya tidak gesit seperti dulu lagi.
Sumiatun resah. Ia ingin tetap bekerja di Batam tapi di satu sisi ia ingin resign. Kalau berhenti bekerja merasa sayang karena ia sudah bersatus permanen di PT Alteco. Kalau balik ke kampung halaman berkumpul kembali dengan ibu dan anaknya bisa membuka usaha tapi tak ingin luka karena memori yang melekat pada Agus mantan suaminya membuatnya down.
Dilema dirasakan Sumiatun.
Sumiatun akhirnya memutuskan untuk memboyong anak dan ibunya ke Batam. Menyekolahkan Beno di Batam biar dekat dan bisa dekat dengan Ibunya. Sumiatun sudah memiliki tabungan cukup untuk mengambil Uang Muka rumah. Rumah yang ia pilih berada di Puri Agung tahap tiga. Lokasinya rumahnya di posisi agak tinggi. Bebas banjir. Fasilitas keagamaan dan sosial dekat dari rumah. Sekolah untuk pendidikan Beno tak jauh dari perumahan. Puri agung tahap tiga juga dekat dengan tempat kerjanya di Muka Kuning. Interaksi sosial di Piayu masih kuat di banding tinggal di Batam Cente.
Sumiatun mengurus administrasi yang diperlukan guna memenuhi syarat pembelian rumah kredit. Syarat administrasi yang harus dipenuhi meliputi KTP, KK, Surat Keterangan bekerja dan Slip gaji dari perusahaan.
Senin pagi Sumiatun masuk kerja tapi hanya setengah hari. Habis break siang minta ijin cuti setengah hari ke bosnya. Sumiatun mendapat ijin dengan mudah. Sumiatun berangkat ke kantor pemasaran yang berlokasi di Puri Agung Tanjung Piayu. Usai mendapat penjelasan dari petugas pemasaran Sumiatun mengisi data data yang ada dalam form administrasi pembelian rumah. Pada kolom data identitas ada sejumlah data yang harus diisi. Sumiatun membuka tasnya. Mencari KTP untuk melihat nomor KTP. Tidak ketemu. Sumi membuka seluruh isi tasnya. Lagi lagi juga tidak ketemu. Sumiatun coba menghubungi lewat telpon teman kerja minta tolong di chek sekitar lokasi kerja. Setelah di tunggu dan di chek oleh kawannya, hasilnya nihil.
KTP mungkin tercecer di jalan atau terselip di suatu tempat. Sumiatun bingung. Ia berusaha mengingat lokasi KTP tercecer.
Hari itu Sumiatun tidak jadi menyerahkan form administrasi pembelian dengan sistim kredit ke Kantor pemasaran perusahan pengembang. Datanya tidak lengkap. Sumiatun kecewa. Ia lalu ke kantor polisi membuat laporan kehilangan. Takut KTPnya di salah gunakan orang lain. Banyak kejadian orang jahat menggunakan KTP orang lain untuk penipuan. Sumiataun tak mau peristiwa seperti itu terjadi padanya.
****
Saat membuka sosial media Facebook mata Sumiatun melebar kala melihat di Group FB Wajah Batam pengumuman KTP yang tercecer. Sumiatun kegirangan karena ada seseorang yang telah menemukannya dan menguploadnya. Alhamdulillah batin Sumiatun. Bagi pemilik identitas diminta untuk menghubungi nomor Handphone si penemu. Sumiatun mengucapkan Alhamdulillah berkali kali. Ternyata masih banyak orang baik di jaman ini, kata Sumiatun.
Sumiatun akhirnya janjian dengan si penemu KTP. Sepakat untuk berjumpa di Panbill Mall usai magrib. Kebetulan Sumiatun ingin berbuka di sana sembari mencari pakaian untuk dikirim ke kampung halaman buat Anak dan Ibunya. Sumiatun juga tak lupa menghubungi kantor polisi melaporkan kalau KTPnya yang hilang sudah ditemukan.
Mentari mulai jingga. Adzan Magrib berkumandang. Lampu jalan Panbill Mall sudah bersinar terang. Parkir depan Rumah Makan Batandur mulai penuh. Sumiatun bergegas melangkah ke di Rumah Makan Batandur untuk menikmati hidangan membatalkan puasanya. Teh manis panas dan sepiring nasi ayam bakar menjadi pilihannya. Tak lama kemudian suara handphone berbunyi. Seorang lelaki berusia 35 tahun menelpon persis berada di depan Sumiatun.
“Pak Heru ya,” tanya Sumiatun ke arah Heru.
“Iya betul. Anda Sumiatun yang KTPnya tercecer itu kan.” Balas Heru.
Sumiatun senang sekali karena Heru sangat ramah dan mau mengantarkan KTPnya.
Sumiatun memesan makanan lagi untuk Heru sekaligus ucapan terima kasih sudah menolongnya.
Heru menikmati hidangan yang sudah datang. Mereka bercakap ramah. Sembari berkenalan.
Heru menceritakan kalau ia menemukan KTP tercecer tersebut di dekat ATM BCA Blok P saat menarik uang di sana. Saat itu tak ada orang lain selain dirinya. Mau menyerahkan ke security tapi petugas security juga tak Heru temui. Akhirnya Heru memutuskan untuk diumumkan di Group Facebook Wajah Batam. Informasi kehilangan dan informasi penting sering di upload di Group face book Wajah Batam. Saya yakin informasi kehilangan akan segera menyebar. Dan ternyata betul kata Heru. Hanya beberapa hari setelah di upload sudah ketemu dengan pemiliknya.
Jaman internet of thing memang banyak kelebihannya.
“Jaman sekarang enak ya, informasi cepat menyebar. Tidak seperti jaman dulu. Kalau barang tercecer ya sudah alamat tak kembali barang itu.” Urai Heru.
Pembicaraan Sumiatun dan Heru berlangsung akrab. Sebelum mengakiri pembicaraan. Heru berkata, “Kapan kapan boleh jumpa lagi ya. “
“Tidak boleh Pak, nanti istri Bapak marah.” Sumiatun menjawab bercanda.
Heru terdiam sejenak. Sumiatun bingung kenapa raut wajah Heru berubah sedih.
Heru melanjutkan, “Saya duda Dek. Istri saya sudah meninggal lima tahun lalu bersama anak yang di kandungnya. “
Sumiatun merasa tak enak dan merasa bersalah karena membuat Heru sedih.
“Maafkan aku ya kalau …..” Kata kata Sumiatun di hentikan Heru.
“Tak apa apa ,” lanjut Heru.
“Udah takdir,” aku Heru.
Allah lebih mencintai Istri dan Anak saya. Heru berusaha menyembunyikan rasa sedihnya. Tapi wajah Heru tak bisa bohong. Sumiatun bisa membaca dengan jelas bahasa tubuh Heru. Sumiatun menuju meja kasir. Heru menghentikan langkahnya. Biar saya saja yang bayar. Heru meminta kasir mengembalikan uang yang sudah diserahkan Sumiatun. Lalu mengambil uang di dompetnya. Heru membayar semua harga makanan dan minuman untuk mereka berdua. Sumiatun jadi tak enak karena sudah diantrakan KTPnya yang hilang dan ditraktir pula. Pria ini baik banget, Sumiatun membatin.
****
Hubungan Sumiatun dan Heru lambat laun menjadi akrab. Meski Sumiatun berkali kali menolak secara halus ajakan Heru berjumpa dan makan bareng di Mall, tapi Heru gigih meyakinkan Sumiatun kalau Heru adalah sosok penyayang dan tidak mata keranjang seperti mantan suaimya dulu, Agus.
Heru sangat menghargai Sumiatun. Heru juga sangat perhatian. Rajin memberi hadiah yang menyentuh emosi Sumiatun. Jiwa Sumiatun meleleh. Kali ini ia tak bisa menolak kebaikan seorang lelaki.
Padahal, sebetulnya tak mudah ia tertarik sama seorang lelaki. Sudah enam tahun Sumiatun kebal dengan gombalan cowok. Sumiatun paham lelaki Batam umumnya bertype crocodile. Apalagi jumlah wanita di Muka Kuning jauh lebih banyak di banding pria. Rata rata lelaki type player punya pacar di setiap tikungan blok dormitory.
Sumiatun mencoba menguji kesetiaan Heru. “Mengapa tertarik dengan saya Bang. Kan banyak wanita yang jauh lebih cantik dan menarik selain diri saya,” aku Sumiatun.
“Nomor satu mengapa aku tertarik padamu karena terlihat dewasa. Dan saat lihat di KTP mu tempo hari ternyata masih single. Ah alangkah beruntungnya bisa berkenalan dengan wanita dewasa seperti dirimu dan masih single lagi” Heru menjelaskan.
Sumiatun n sempat kaget saat Heru bilang single ke dirinya. Sumiatun ingin jujur saja kalau sesungguhnya sudah punya seorang putra tapi kuatir Heru malah mundur. Sumiatun meyimpan rapat rahasia pribadinya.
Hati Sumiatun berbunga. Ia merasa wanita yang paling beruntung di dunia ini. Telah menemukan seorang lelaki yang mapan, ganteng dan baik. Lelaki yang tidak mata keranjang. Akankah Heru akan menjadi ayah sambung Beno kelak? Sumiatun tersentum manis di depan cermin. Ia jadi semangat merawat wajahnya.
Bersambung.