Cerita Fiksi
Sumiatun balik dari Toko Buku Gramedia. Sebuah buku karya Gary Vaynerchuck berjudul Crushing It jadi pilihannya. Buku bersampul kuning tersebut menggodanya, sebuah buku best seller. Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Harganya 115 ribu rupiah. Sumiatun tidak merasa berat karena pengetahuan di buku berjudul Crushing It sangat cocok dengan kondisi saat ini.
Sumiatun tidak hanya ingin bekerja saja di pabrik . Ia juga ingin merambah dunia yang lain. Dunia pemasaran yang bisa dilakukan secara bebas dan tidak mengganggu jam kerja. Bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Dunia sudah tersambung tanpa sekat. Internet of thing telah membuat jadi mudah.
Sumiatun ingin belajar rahasia sukses Gary Vaynerchuck membangun bisnis dengan menggunakan platform atau sosial media untuk mendapatkan cuan. Gary adalah pimpinan dan CEO VaynerX agen induk media sosial senilai lebih $150 juta, salah satu pakar pemasaran terkemuka dunia, penulis best seller. Gary juga merupakan angel investor dan pemodal ventura produktif di berbagai perusahaan seperti Snapchat, Facebook, Twitter, Ubber, Venmo.
Sumiatun senang sekali bisa melahap isi buku tersebut. Crushing It mengupas bagaimana wirausaha besar membangun bisnis dan pengaruh mereka. Inti buku Crushing It ditulis ulang Sumiatun dalam selembar kertas lalu di tempel di cermin lemari. Catatan itu berisi tentang filosofi Gary Vaynerchuck, yaitu seni mengkonversi (merubah) gairah menjadi uang melalui menggunakan sosial media dengan cara membangun personal branding.
Ah, aku juga bisa. Semua orang bisa melakukannya karena tidak harus berpendidikan tinggi dan membutuhkan banyak modal. Tidak banyak aturan. Yang penting mau bekerja keras , gigih, jujur. Sumiatun berbicara dengan dirinya sendiri.
Passion Sumiatun adalah menjahit. Ia ingin passion jahit disalurkan di sosial media agar memudahkan pasar menghubungi Sumiatun. Ia sadar banyak kawan kawannya yang sukses berbisnis online. Ada yang re seller baju. Ada yang jual makanan, elektronik, bunga, sambal. Sumiatun berpikir kalau orang lain bisa berarti ia pun bisa. Namun Sumiatun mencoba pendekatan lain. Ia ingin membangun personal brand dulu seperti saran di buku Crushing It.
Kalau personal brand sudah terbentuk akan sangat mudah mendapatkan income. Kalau personal brand terbentuk bisa menjadi ambasador, atau influencer marketing. Brand brand besar akan membayarnya, memintanya untuk menjadi nara sumber, menghadiri acara dari brand besar tersebut. Ah serunya, batin Sumiatun.
Usai bekerja di pabrik Ia balik ke dorm, Sumiatun tidak menganggur setelah balik bekerja. Ia meraih komputer merek Asus kemudian membuat artikel ringan dan foto desain busana muslim untuk di unggah di Istagram nya. Passionnya yang besar di bidang jahit memudahkan Sumiatun membuat berbagai cerita, video, dan foto tentang dunia jahit. Segmen Sumiatun adalah busana muslim. Dulu waktu di kampung Sumiatun pernah membuat beberapa pola busana muslim. Sayang waktu itu belum punya mesin jahit dan dunia online marketing belum se populer sekarang.
Perlahan lahan follower Ismuatun di Instagram mulai bertambah. Ia semakin rajin menggunggah desain busana muslim. Salah seorang pengusaha besar garmen meminta Sumiatun melakukan endorse terhadap merek si Pengusaha. Sumiatun pun tak menyia nyiakan kesempatan tersebut. Ia yang pemula dan masih grogi menyambut baik kesempatan itu. Sumiatun bekerja keras untuk pengalaman barunya. Hasilnya tidak mengecewakan.
Hubungan Sumiatun dengan sang Pengusaha menjadi kian akrab. Sejak Sumiatun yang memiliki puluhan ribu follower di Instagram membuat endorse, perlahan lahan mampu mendongkrak merek sang pengusaha. Uang di rekening Sumiatun pun mulai bertambah. Hasil endorse Sumiatun untuk pemula mendatangkan rejeki. Ia tak menyangka kalau hobbynya bisa dijadikan tambahan penghasilan. Sumiatun senang sekali dan bersyukur kepada Tuhan. Ia makin percaya diri untuk membangun personal branding.
*****
Waktu Sumiatun kian padat. Ia tak kenal lelah. Setelah bekerja di Pabrik ia fokus membangun personal branding di sosial media. Mau tidak mau Ia jadi rajin menghabiskan waktu di sosial media minimal membangun jaringan dengan menjawab pertanyaan pertanyaan yang masuk ke Instagram. Ia harus membangun emphaty. Karena modal membangun personal branding adalah emphaty, memberi nilai tambah, kejujuran. Sikap positif harus di jaga nomor satu. Kalau sombong hanya hitungan waktu platformnya akan di tinggal orang.
Karena itu Sumiatun sangat hati hati menjaga hubungan baik dengan semua followernya.
Masalah mulai muncul, Heru cemburu. Popularitas Sumiatun di Istagram menarik banyak follower. Beberapa follower Sumiatun juga banyak kalangan cowok.
“Selama ini aku selalu menemanimu Sum. Apa yang kamu minta aku berusaha penuhi. Aku tak pernah mengecewakanmu. Aku siap mengorbankan waktuku demi membuatmu bahagia. Tapi kenapa belakangan kamu tak ada waktu buatku,” Kata Heru kecewa.
“Please jangan kecewakan aku. Sebentar lagi aku akan melamarmu. Kita akan menikah. Lalu membangun bisnis bersama. Saya lebih senang kalau kita membangun usaha konvensional. Bangun bisnis mini market, bisnis peternakan lele, atau bisnis angkutan. Bukannya saya tidak setuju dengan pilihanmu membangun bisnis dengan pendekatan online. “ Lanjut Heru.
“Sejauh ini saya belum percaya betul dengan bisnis online. Saya kuatir kamu membangun hubungan khusus dengan para followermu. Kamu cantik. Punya pekerjaan tetap di pabrik. Itu daya tarik besar bagi para lelaki. Kalau waktumu kau habiskan untuk merespon pertanyaan followermu lama lama bisa timbul rasa nyaman. Sudahlah Sum. Stop saja personal branding mu itu. Saya kurang setuju.“ Heru melanjutkan.
“Bang jangan berpikiran sempit dan negatif seperti itu. Murni aku membangun platform hanya untuk bisnis. Tak mungkin lah aku bergenit ria di sosial media untuk menarik minta para lelaki. Aku bukan type wanita seperti itu Bang.” Jawab Sumiatun.
Heru tetap ngotot meminta Sumiatun menghentikan untuk membangun personal brandnya. Heru masih belum percaya karena teman temannya banyak yang terjebak berselingkuh setelah kenal sosial media. Kawan kawan Heru akhirnya bercerai gara gara sosmed. Heru tak mau kasus seperti itu terjadi pada dirinya. Karena itu jauh jauh ia mengingatkan Sumiatun.
Sumiatun pun tersinggung. Ia tak mau dituduh sebagai wanita gampangan. Itu artinya Heru tak mempercayainya, batin Sumiatun. Hari itu Heru dan Sumiatun bertengkar. Tak ada yang mau mengalah. Masing masing mempertahankan pendiriannya. Masing masing merasa paling benar. Sumiatun berkata sebelum ada sosial media dunia perselingkuhan sudah ada . Sejak jaman Adam sudah ada selingkuh. Tergantung individu masing masing. Sosial media itu netral. Sumiatun juga menyaksikan banyak bisnis besar tumbang karena disruption alias digilas badai Intenet of thing.
Sudah seminggu Heru tak menghubungi Sumiatun. Biasnya hampir tiap jam Heru mengirim kabar. Hampir tiap hari mengirim foto. Pokoknya Heru sangat perhatian. Sumiatun sadar kalau kekasihnya memiliki sifat possesif. Meski Posessif dan cemburuan, Sumi senang karena Ia adalah pusat perhatian Heru. Ia pernah mengalami luka batin waktu di kampung dengan bapaknya Beno yang mata buaya. Sumiatun membandingkan sifat Heru dan Agus bapaknya Beno. Kalau Heru sangat penyayang, penuh perhatian, tidak mata keranjang tapi posessif. Kalau Agus bapaknya Beno sebaliknya, memberi kepercayaan dan kebebasan kepada Sumiatun namun imanya mudah goyah kalau melihat cewek bening.
Berbagai hadiah Heru berikan ke Sumiatun; mulai dari tas, baju, jam tangan. Ia sungguh lelaki yang penuh perhatian. Sangat penyayang. Hand phone yang Sumiatun pakai juga pemberian dari Heru.
Sayang sekali Heru tukang cemburu. Ia tak mau kalau ada teman lelaki Sumiatun yang terlalu dekat atau memberi perhatian. Heru rajin mengecek Handphone Sumi saat berjumpa. Saking posessif Heru diam diam menyadap nomor WA Sumiatun. Heru jadi tahu para lelaki yang menghubungi Sumiatun.
Sumiatun akhirnya tahu kalau nomor Whatsapp nya di sadap Heru. Pantas saja kalau ada cowok yang menggodanya cepat sekali Heru tahu. Kondisi ini membuat pertengkaran pertengkaran kecil terjadi. Namun begitu Sumiatun tetap sayang dan mencintai Heru. Ia tak mau kehilangan Heru. Ia berusaha profesional saat berinteraksi di sosial media. Ia berusaha menjaga perasaan Heru. Sumiatun tak ingin kehilangan Heru. Ia sangat baik .
Heru kamu di mana, kenapa kamu tidak menghubungiku. Mengapa panggilan telponku tidak kau angkat. Kenapa pesanku tidak kau balas. Sumiatun membatin. Meski begitu Sumiatun percaya, seperti hari hari sebelumnya, saat Heru cemburu akan menghilang selama seminggu dan fokus dengan pekerjaannya. Setelah seminggu Heru biasanya akan menghubunginya lagi.
Bersambung.