Cerita Fiksi
Sumiatun tidak enak badan. Ia mengalami sejumlah keluhan; cemas, sulit tidur dan kelelahan. Kepala Sumiatun terasa berat sebelah. Seperti migran. Beberapa hari terakhir Sumiatun sangat sibuk mengelola platformnya. Ia juga rada stress karena Heru tak menanyakan kabarnya. Sumi kesal karena Heru tak menghubunginya. Sumiatun menunggu setiap saat ada panggilan telpon atau pesan masuk dari Heru. Ia gengsi memulai dan menanyakan kabar Heru. Kondisi itu membuat Sumiatun rapuh. Sumiatun meluncur ke BIP Klinik.
Sumiatun mencari Ojek. Ojek KIB menghampiri. Sumiatun memasang helem. Lalu duduk sembari memegang kuat. Angin menerpa wajah Sumiatun. Rambutnya yang hitam tebal dan panjang dipegang agar tidak menutup pandangan Sumi. Kiri kanan pepohonan hijau dan deretan dormitory yang sudah kosong. Ojek KIB yang di tumpangi berbelok depan Masjid Nurul Islam. Tiba di parkiran BIP Klinik. Sumiatun turun dengan hati hati. Ia menyerahkan helm ke Abang gojek. Membayar uang pas ke Aang Gojek.
Sumiatun melangkah ke arah pintu utama BIP Klinik. Sebelum masuk, mencuci tangan, mengambil botol sanitizer yang tersedia di depan pintu masuk. Petugas menempelkan thermo gun alat pengecek suhu tubuh ke kepala Sumiatun. Suhu tubuh Sumiatun normal 37 derat celsius. Sumiatun melangkah ke ruang pendaftaran. Sumiatun mendapat nomor urut 20. Tak banyak Pengunjung BIP Klinik. Sumiatun senang. Waktunya tidak terbuang banyak antri.
Sembari menunggu panggilan Sumiatun melawan rasa gengsinya. Ia meraih HP lalu mengirim pesan whatsapp ke Heru. Menyampaikan kondisi tubuhnya yang kurang fit. Sesaat kemudian ada balasan dari Heru. Heru berjanji segera meluncur ke BIP Klinik menemui Sumiatun.
Sumiatun gembira kala Heru membalas pesannnya. Ia tersenyum. Ia sebenanrnya gengsi tapi dalam kondisi kurang fit Sumiatun butuh orang yang bisa diajak berbagi. Sumiatun hanya punya Heru yang ia percayai dan rasa nyaman untuk berbagi. Selama ini kalau Sumiatun ada masalah, Heru pandai beremphaty padanya. Itu salah satu kelebihan Heru. Mau dan selalu mendengarkan.
Kelemahan pria adalah mendengarkan. Pria kalau ada masalah justru masuk gua dan diam. Sebaliknya wanita kalau ada masalah justru harus berbicara. Makanya Sumiatun sangat sayang sama Heru karena Heru pandai mendengarkan. Selalu memasang telinganya buat Sumiatun.
Sumiatun ingat buku berjudul Men are from Mars , Women are from Venus karya Jhon Gray, Ph.D. Bukunya menguraikan tentang perbedaan Pria dan Wanita dalam berkomunikasi. Wanita jatuh cinta dengan telinganya (audio). Pria jatuh cinta dengan matanya (Visual). Wanita berkata 20 ribu kata per hari sedangkan pria hanya 7 ribu kata per hari. Wanita kalau ada masalah akan berusaha bercerita. Pria kalau ada masalah malah menyendiri dan mengurung diri. Makanya wanita tak tertarik dengan majalah yang covernya adalah lelaki berotot yang tidak pakai baju. Sebaliknya Para pria sangat suka dengan majalah Playboy yang covernya wanita sexy. Majalah wanita menempatkan pakaian, tas sebagai cover majalah wanita.
Kenapa konflik suami istri sering terjadi ? ya karena wanita dan pria tak paham apa yang pasangannya butuhkan. Makanya tidak heran bila wanita akan tertarik dengan pria lain yang mau mendengarkan (menampung keluhannya). Kalau pria tak pandai berkomunikasi dengan pasangannya (alias tak pandai mendengarkan) maka wanita akan mencari lelaki lain yang mau memasang kuping untuknya.
Saat Sumiatun tak kuat menyimpan masalah sendiri. Ia selalu butuh orang lain untuk berbagi. Ia punya 20 ribu kata yang harus dikeluarkan setiap hari. Beberapa hari terakhir ia tak mampu melepaskan kata katanya kepada orang lain yang Sumiatun percaya. Ia memilih diam dan itu menyiksanaya. Andai punya seekor kucing akan mudah bagi Sumiatun melepaskan masalahnya. Kucing bisa jadi sahabat dan media therapi. Kini banyak orang menyadikan hewan jinak sebagai kawan dan sebagai media therapy.
Sumaitaun membantin, tak apalah cewek sekali kali mendahului pria. Teman teman Sumiatun juga banyak yang proaktif mengejar cowoknya.
Petugas memanggil nomor urut 20. Sumiatun menunju ke ruang pemeriksaan dokter. Dokter melakukan Anamnesis ke Sumiatun. Anameasis adalah prosedur saat dokter bertanya ke pasien sebagai bagian dari diagnosa. Anamnesis dilakukan untuk menghindari et causa ignota. Et causa ignota artinya karena penyebab tidak di ketahui. Kalau penyebab tidak diketahui dokter sulit melakukan tindakan penyembuhan.
Setelah dilakukan diagnosa. Sumiatun kembali duduk di ruang tunggu. Heru ternyata sudah sampai. Ia tersenyum melihat Sumiatun keluar dari ruang pemeriksaan dokter. Heru memohon maaf karena dua minggu ini tak mengabarinya dan juga tidak membalas whatsaap Sumi. Heru sangat sibuk di kantor. Heru meraih jemari tangan Sumiatun. Heru menggenggam tangan Sumiatun mesra. Heru membisik ke telingan Sumiatun, “Aku mencintaimu, cepat sembuh ya sayang.”
Sumiatun memandang mata Heru. Ada kejujuran di mata Heru. Heru pun memandang mata Sumiatun. Wajah Sumiatun memerah. Ada rasa malu dipandang dengan mata tajam Heru. Tapi Sumiatun suka dan sangat senang. Sumiatun makin yakin kalau Heru adalah pria terbaik di dunia ini.
Nama Sumiatun dipanggil oleh petugas Klinik. Ia diminta ke ruang apotik. Ada sejumlah obat dan vitamin yang harus dikonsumsi. Hasil pemeriksaan dokter menyebutkan kalau Sumiatun masih dalam kondisi baik. Hanya butuh banyak istrahat dan mengurangi aktifitas kerja. Sumiatun lalu balik ke dorm diantar Heru.
****
Hari Sabtu. Heru mengajak Sumiatun Ke Tangjung Pinang. Heru akan memperkenalkan Sumiatun kepada keluarga Heru.
Pukul 08.00 mereka sudah berada di Pelabuhan Telaga Punggur. Membeli karcis di loket. Oceanna Ferry jadi pilihan. Harga tiket 57.500 per orang. Pukul 08.30 Heru dan Sumiatun sudah berada di atas Ferry. Penumpang tidak begiu banyak, kursi juga tidak boleh diisi full karena kebijakan Dinas Perhubungan Laut mengantisipasi penyebaran covit 19. Sumiatun bisa santai memilih tempat duduk.
Kapal Ferry Oceanna masih nampak mulus. Interior terlihat baru. Aroma tempat duduk juga wangi. Udara sejuk dari mesin pendingin ruangan membuat Sumiatun betah. Ia menonton TV yang berada di depan kursi penumpang. Film melayu jaman dulu sedang di putar. Aktornya adalah P. Ramli. Meski film jadul Sumiatun suka karena bisa mengenal sejarah melayu. Ferry Oceanna meluncur dengan mulus menuju Tanjung Pinang. Tak banyak ombak di perjalanan.
Pukul 09.30 Ferry Oceanna merapat di dermaga Sri Bintan Pura. Porter berebut meyambut penumpang menawarkan jasanya untuk membawakan barang penumpang. Deretan becak di dermaga yang dipakai porter mengangkut barang penumpang kedatangan menjadi ciri khas Dermaga Sri Bintan Pura Tanjung Pinang.
“Jom sayang.” Kata Heru ke Sumiatun saat membuka pintu mobil .
Sumiatun bergegas naik mobil dan melemparkan badannya ke kursi mobil.
Heru kembali menutup pintu mobil.
Mobil Avansa berwarna putih itu perlahan lahan keluar dari parkir Sri Bintan pura.
“Jom artinya apa Bang.” Tanya Sumiatun
“Jom itu istilah melayu artinya ayo, segera atau let’s go.” Jawab Heru
Sumiatun mengangguk karena sering denga kata kata itu tapi tak tahu artinya. Oalah ternyata sama maknanya mari kita kemon, kata Sumiatun sembari tertawa.
Sampai di rumah Heru. Disambut hangat orang tua Heru. Orang Tua Heru sangat ramah. Menyambut tamu yang spesial. Heru memperkenalkan orang tuanya ke Sumiatun. Orang tua Heru masih sehat meski usianya sudah 80- an tahun. Heru adalah anak bungsu dari tiga orang bersaudara. Kakaknya menetap di Singapura, dan satu lagi di Jakarta. Kakak pertama Heru seorang wanita yang memiliki empat orang putri.
Kakak kedua Heru menetap di Jakarta. Kakak kedua Heru adalah pria. Kakak kedua heru punya 2 orang putri. Kakak Heru semuanya sukses di bidang bisnis. Orang tua Heru tidak memiliki cucu pria. Ia mengharap Heru dan Sumiatun nanti akan memberikannya. Orang tua Heru merasa belum lengkap kalau belum memiliki cucu pria.
Kedua orang Tua Heru pun menanyakan keluarga Sumiatu. Sumiatun menjelaskan kalau keluarganya adalah keluarga kecil. Ayah Sumi sudah meninggal. Tinggalah ibu dan adiknya Beno di Jawa. Sumi mengatakan kalau Beno adalah adiknya yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Usianya terpaut jauh. Sumiatun berbohong kepada calon mertuanya. Ia tak mau kehilangan Heru yang begitu baik padanya. Makanya Sumi menyebut Beno seperti anaknya sendiri.
Heru makin sayang. Karena Heru sangat tertarik dengan wanita dewasa. Ketika Sumiatun mengatakan punya adik yang dianggap dan diperlekukan seperti anaknya sendiri sehingga di panggil mama oleh Beno membuat Heru makin cinta.
Sumiatun sebetunya tak mau bohong. Tapi kalau berkata jujur takut Heru menolak cintanya. Ada perang batin hebat di hati Sumiatun.
Orang tua Heru menambahkan kalau Heru itu anak yang manja. Meski usia kepala tiga kalau sudah ketemu Mamanya nampak seperti anak kecil.
Kalian itu pasangan yang pas. Heru bungsu dan Sumiatun sulung. Pasangan seperti ini sangat serasi. Karena akan saling melengkapi. Pria bungsu biasanya mudah tertarik sama wanita dewasa atau sulung. Begitu juga sebaliknya wanita sulung suka tertarik pada pria bungsu. Mamanya Heru menjelaskan.
Mamanya Heru mendesak anaknya agar segera menikahi Sumiatun. Ingin menggendong cucu cowok. Mengharap Heru dan Sumiatun bisa mewujudkan harapan orang tua Heru. Jangan lama lama ya. Pacaran itu tidak bagus, canda orang tua Heru. Menikah itu pahala. Jangan menunda menikah kalau sudah cocok.
Bersambung