Di tulis oleh M. Rusli
Waktu saya kecil, saat duduk di Bangku Sekolah Dasar, satu kesenangan saya adalah ikut Ibu ke pasar. Senang sekali bisa melihat aneka produk yang di jual di pasar. Mulai dari pakaian, kue kue, ikan, sayur.
Banyak spanduk di halaman Pasar, ada poster yang di tempel di dinding toko. Dari situlah bisa lihat wajah artis yang jadi bintang iklan.
Transaksi antara penjual dan pembeli berjalan normal seperti hari pasar sebelumnya. Terjadi negosiasi harga antara ibu sebagai pembeli dan penjual dagangan. Hanya selisih seratus perak saja ibu ibu bisa pindah ke lapak lain. Penjual memasang harga tinggi dan pembeli menawar paling murah sehingga ada kesepakatan angka di tengah tengah yang menguntungkan kedua belah pihak. Pelajaran Negosiasi menuju closing.
Kuperhatinan suasana pasar. Pada pagi hari barang dagangan yang di pasang di etalase atau di rak penyimpanan terlihat fresh dan segar. Minat calon pembeli pun makin kuat untuk memindahkan barang yang dijual ke keranjang pembeli. Kata ahli brand, menjual produk yang bisa di lihat dan di sentuh langsung jauh lebih mudah.
Tidak begitu sulit menurutku menjual di pasar. Ada barang, ada pembeli ya tinggal negosiasi harga. Yang utama dan terpenting dalam marketing tradisional atau Marketing 1.0 penjual tahu apa kebutuhan pembeli. Produk yang di jual punya keunggulan. Ya, menjual barang atau produk tidak semudah menjual ide atau konsep.
Pukul 10 pagi transaksi antara penjual dan pembeli sudah tinggi. Sekitar 80 persen barang yang di jual sudah berpindah ke keranjang ibu ibu. Para pedagang khususnya pedagang yang menjual produk fresh seperti ikan, sayur siap siap membersihkan lapaknya. Lalu pulang ke rumah utuk beristrahat
pemandangan seperti itu rutin saya saksikan setiap hari Minggu. Pasar yang terletak hanya lima ratus meter dari rumah memudahkan saya untuk selalu berkunjung ke sana. Mengelilingi susudt sudut pasar. Saya jadi mengenal tukang ikan langganan Ibu saya, Tukang parut kelapa, tukang giling tepung, Tahu banyak aktifitas di dalam pasar.
Begini penampakan Marketing Tradisional (1.0)
Marketing 1.0 mengandalkan 4P yaitu Place (tempat), People (Orang), Price (harga), Promo (promosi). Pedagang berlomba mencari tempat yang paling strategis. Semakain strategis tempatnya semakin mahal nilai sewanya.
Tak mengherankan bila sewa tempat yang strategis nilainya sangat tinggi. Sebelum era digital marketing, sewa lapak di mall mencapai angka jutaan per bulan. Meski sewanya mahal tapi pedagang mampu bertahan dan untung karena banyak pembeli yang datang. Dulu tempat strategis adalah magnet
Perubahan itu pasti
Tidak ada yang abadi, yang abadi hanya Tuhan dan perubahan itu sendiri. Pelan namun pasti, tanpa di sadari sejak internet berkembang berbagai aspek kehidupan pun mengalami perubahan.
Banyak kisah perubahan yang sering kita baca di media. Mulai jaman es mencair dan dampaknya, hingga Belanja on line yang banyak di gemari Ibu ibu.
Generasi yang lahir tahun 1960 -an merasakan perubahan tersebut. Bisa melihat dan menyaksikan perjalanan perubahan. Pengalaman mendengar radio, melihat TV hitam putih hingga TV berwarna. Menyaksikan telpon umum, wartel, pager, hingga HP yang canggih.
Charlie Frost adalah ahli teori konspirasi yang meyakini tahun 2012 adalah akhir peradaban. Di tahun 2009 ahli Geologi menemukan bahwa bagian tengah bumi akan meletus dan membawa bencana. Pemimpin dunia berkumpul mencari solusi seperti kisah nabi Nuh . Membuat kapal raksasa untuk menyelamatkan kelompok terpilih penduduk dunia.
Kisah fiktif di atas diambil dari film 2012. Meski fiktif tapi banyak peristiwa di dalam film tersebut yang melambangkan perubahan seperti yang dirasakan saat ini. Standar yang tadinya horizontal dan ekslusif berbuah menjadi vertikal dan inklusif. Konektivitas dan transparansi menyebabkan pergeseran kekuasaan.
Pergeseran prilaku pasar yang tadinya individual bergeser ke sosial, dari Horizontal ke vertikal. Bergeser dari eksklusif ke inklusif. Penelitian menemukan bahwa pelanggan masa kini lebih percaya pada kata teman (Friends), kata saudara(Familiy), Fans dan Follower,
Perpaduan Trdisional dan Digital
Dalam dunia kepemimpinan di kenal istilah Situasional Leadership. Tak ada gaya kepemimpinan yang paling efektif, tergantung kondisi atau situasinya. Nah dalam perkembangan marketing saat ini, pilihan untuk memadukan tradisional marketing dan digital marketing pun terjadi. Seperti Amazon. Awalnya jualan buku lewat digital dan belakangan juga menjual buku secara offline, pada tahun 2015 setelah berjualan online selama 20 tahun.
Dengan perpaduan Off line dan online maka jangkauan pasar jauh lebih besar.
Melihat fenomena tersebut kita pun bisa fleksibel. Tak perlu kaku dan fanatik dengan satu pendekatan. Bisa memulai bisnis dengan pendekatan tradisional dan juga bisa mulai dengan pendekatan digital. Tidak semua pembeli bisa dijangkau dengan online. Dengan memadukan dua pendekatan inbound marketing dan outbound marketing justru makin powerful.
Yang utama adalah mandiri secara ekonomi dan tidak tergantung orang lain. Peluang usaha sangat banyak, semua orang bisa melakukan penjualan. Entah menjual jasa atau produk. Tak ada alasan menganggur karena tidak punya modal. Jangan sampai kena sakit mental karena menganggur.
Share