Oleh M. Rusli
Orang tua kini masih banyak yang tidak yakin dengan masa depan anaknya memilih jalur Seniman (pelukis, penyanyi). Menganggap bahwa hidup jadi pelukis hidup melarat karena terlalu idealis, padahal hidup ini butuh realis bukan hanya idealis.
Hendri Murger di usia 39 tahun sudah sampai pada puncak karirnya sebagai penulis. Pada tahun 1861 Henri meninggal. Ia adalah penulis berpengaruh pada eranya , hendri jatuh sakit dan miskin. Bantuan uang dari sahabatnya tidak cukup. Murger berada di ambang kematian.
Orang Bohemia adalah prototype sosok seniman (pelukis, penulis dan pekerja kreatif) yang hidup miskin. Menyepi dari kemewahan dan komersialitas karena ingin sepenuhnya hidup mengabdi pada seni.
Siapa Murger. Ia adalah penulis yang mempopulerkan budaya Bohemia. Hendri berpendapat bahwa budaya Bohemia yang hidup melarat lebih baik daripada kehidupan bangsawan Paris.
Lalu datanglah Theodore Barriere. Ia terinspirasi oleh Murger. Theodore membuat naskah drama berjudul La Vie da le Boheme. Drama ini sukses. Populer. Terkenal . Di bicarakan orang.
Kaum Bohemia hidup di bawah garis kemiskinan. Kaum Bohemia sebagai sub kultur dipandang sebagai warga kelas dua yang miskin, melarat dan kumuh. Anak anak yang berasal dari sub kultur golongan kelas dua ini merantau ke kota mencari kerja.
Murger yang anak penjahit , bersama teman temannya sukses mengangkat derajat kaum Bohemia dari budaya suram menjadi budaya yang penuh inspirasi.
Orang menyerbu kota Paris berkat kepopuleran Scenes karya Hendry . Orang berbondong bondong menyerbu kantong Bohemia. Pendatang memenuhi kafe, menyusuri jalan sambil melongo. Kalau ingat jaman Bonge dan jeje menyerbu Sudirman. Ada miripnya. He he he. Bedanya jaman Murger belum ada internet.
Murger melukiskan gaya hidup Bohemia sebagai jalan akhir, hanya sementara saja sembari mencari cara untuk mendapatkan uang. Yang tak bisa memperoleh uang akan menghancurkan dirinya sendiri.
Murger mengharap gaya hidup bohemia tak perlu ditiru. Namun gagasan itu tetap hidup. Yang jelek di buang dan yang bagus di poles sedemian rupa. Gagasan yang tadinya kecil terus membesar dan terus di poles. Akhirnya terus berkembang. Semakin banyak orang membicarakannya , masyarakat mulai mempercayainya menjadi sebuah kebenaran.
Dalam perjalanannya banyak seniman muda yang mengadopsi persepsi bahwa seniman itu harus melarat. Memilih hidup susah demi seni. Masyarakat pun memberi apresiasi besar atau penghargaan kepada seniman setelah wafat.
Van Gogh pelukis yang masa hidupnya jauh dari materi dan kekayaan. Hidup miskin, cintanya di tolak, dianggap gila. Setelah meninggal menjadi sangat terkenal dan karyanya sangat mahal. Namun tidak semua seniman melarat, ada juga beberapa seniman yang pandai mengelola keuangan seperti Picasso.
Jaman dulu tidak banyak seniman yang memiliki kecerdasan finansial. Pelukis sangat tergantung pada pemilik galeri lukisan. Tergantung pada kolektor. Dunia seni dikendalikan oleh orang orang kaya sejak ratusan tahun lalu.
Waktu berlalu. Disruption tiba. Pemain lama mulai tumbang. Era perubahan pun terjadi. Internet hadir. Marketing berubah. Seniman melihat peluang baru. Seniman menjual lukisan tidak lagi di galeri. Pelukis bisa membuat Toko seni digital. Bermodal Domain, seniman bisa membuat website. Seniman juga bisa mengoptimalkan penjualan lukisan melalui sosial media.
Seniman musik mulai meninggalkan label atau industri rekaman yang dikendalikan para pengusaha kaya dan konglomerat. Seniman membuat karya indie. Radiohead contohnya.
Hazel Dooney adalah seniman lukis yang juga membuat gebrakan dengan meninggalkan pemilik galeri. Ia pun menjadi seniman indie (Independen). Hezel mengatakan bahwa atensi adalah mata uang. Karya yang bernilai bukan kelangkaan. Hazel mencontohkan seniman Andy Warhol.