Untuk yang kesekian kalinya, PT Tunaskarya Indoswasta menggelar seminar wirausaha bagi pekerja di KIB. Teparnya Sabtu 16 Oktober 2010 lalu bertempat di Wisma Batamindo. Seminar yang diikuti seratusan pekerja mulai dari level operator hingga manajer ini berlangsung setengan hari dengan menghadirkan pembicara Dwi Welas dan Ibu Hasnah Baiti.
Dwi Welas Februariyanto adalah mantan pekerja di KIB , dulu bekerja di PT Bulpakindo. Sejak tahun 1999 berhenti sebagai pekerja. Ia memilih menekuni usaha . Ada berbagai usaha yang ia tekuni mulai dari pembuatan teralis, hingga pemasaran kue. Dari sekian usaha yang ia tekuni dan bertahan hingga sekarang adalahm usaha di bisang kue.
Dwi yang dulu adalah aktivis Teater Gong mengakui bahwa usahanya yang dapat ia pertahankan adalah packaging kue. Usaha ini ia lakukan dari tahun 2004 hingga sekarang. Untuk menambah wawasan tentang packaging, Mas Dwi mengikuti berbagai pelatihan diantaranya Pelatihan Packaging Rumah Kemasan Disperindag Jawa Barat 2009. Untuk mendukung usaha pacakaging ini, Dwi mendatangkan aneka kue kering baik yang dari Jawa atau dari Batam dan sekitarnya. Keahlian Mas Dwi dibidang Packaging membuat produk yang ia pasarkan tidak pernah kehabisan pelanggan khususunya menjelang bulan suci ramadhan. Merka dagang yang ia kembangkan untuk kue kering Dwi Welas adalah Enha Snack. Produk ini rutin disuplai ke gerai Oleh Oleh Khas Batam Kek Pisang Villa.
Kegiatan Dwi Welas di biadang wirausaha cukup padat. Ia tidak senang puas. Ia suka jalan dan mencari relasi. Ia adalah alumni Batam Pos Enterpreuner School III. Menjadi UKM binaan HUPMI Kepri dan Kadin Kepri. Juga mengisi rubrik konsultasi Batam Pos Minggu tentang Packaging. Aktif mengisi materi seminar tentang kemasan 3M (Murah, menarik dan menjual)
Dwi Welas mengaku bahwa usaha yang dibuat tak perlu kuatir bila ada pesaing karena kita harus terus melakukan inovasi. Dikatakan oleh Dwi bahwa untuk agar usaha yang kita kelola tidak monoton dan dikalahkan oleh pesaing makanya ia kembangkan pelatihan kemasan 3M (murah, menarik dan menjual). Dwi juga menekuni usaha pemasaran mesin packaging dari China. Mau belajar, mau melakukan perubahan dan kreatif adalah cara yang Dwi lakukan dalam mengembangkan usahanya.
Kini Dwi Welas juga mengembangkan usahanya yaitu Prasmanan Mbak Sri serta katering. Dia mengaku dapat memperoleh omset sekitar 30 an juta perbulan.
Pembicara kedua adalah pemilik usaha mpek mpek bernama Ibu Hasnah Baiti . Dia adalah murni pengusaha yang berangkat dari nol. Ketika suaminya di PHK dari tempatnya bekerja maka ibu Hasnah mengambil peran untuk menjalankan usaha pembuatan mpek mpek. Ibu Hasnah adalah binaan dari DSNI (Dana Sosial Nurul Islam). Meski tidak berpendidikan tinggi bukan berarti Ibu Hasanah tidak bisa menjalankan usaha. Berkat ketekunan ia tidak hanya menekuni usaha pembuatan mpek mpek tapi juga telah berhasil membuka butik. Dulu ia tinggal di ruli namun sekarang ia sudah mengambil rumah di Puri Agung. Produk mpek mpek buatannya telah menembus sejumlah perusahaan. Ibu Hasnah mengahakui bawha membat mpe mpe pada awalnya bukan keahliannya. Lalu ia belajar sama orang lantaran suami tak ada pekerjaan. Nyatanya bisa juga. Bagaimana sehingga usahanya bisa berjalan lancar. Rupanya Ibu Hasnah menggunakan prinsip berbagai. Empe empe buatannya kalau tidak habis terjual maka disumbangkan ke orang lain. Ia tak mau makanan yang ia buat jadi mubasir. Prinsip Bu Hasnah adalah berbisnis dapat pahala dan masuk surga.
Omset yang ia peroleh perhari dari usaha mpek-mpek adalah 700.000 perhari. Dari mpek mpek dan butik ia dapat penghasilan bersih sebulan enam juta. Itu adalah buah dari ketekunan atau istiqomah. Dari kondisi yang serba sulit , pahit dimana suami kena PHK dan harus menghidupi tiga orang anak Bu Hasnah berani membuat usaha pembuatan dan penjualan mpek mpek karena hanya itulah keahlian ia ia peroleh setelah belajar sama orang lain.
Usaha yang ia tekuni bukannya mulus. Ia mengalami jatuh bangun namun berkat ketekunan Bu Hasnah akhirnya dapat memetik hasilnya. Saat seminar wirausaha di Wisma Batamindo ia tidak percaya dapat berdiri di depan pekerja berpendidikan tinggi. Ia merasa grogi berbicara pada acara seminar wirausaha ini. Karena ia tidak mengenyam pendidikan tinggi. Ia murni hanya ingin berbagi pengalaman bagaimana menjalankan sebuah usaha dari nol. Ia percaya bahwa pekerja di KIB yang berpendidikan dan memiliki modal sangat bisa untuk menjalankan bisnis.
Acara didukung Gramedia. selama seminar berlangsung peserta yang beruntung memperoleh buku dari pihak Gramedia.