Mengapa iklan layanan masyarakat yang mempublikasikan bahaya merokok justru meningkatkan jumlah perokok?
Karena pemerintah melalui anggaran miliaran rupiah justru mengingatkan rokok kepada masyarakat luas. Perusahaan rokok justru senang dengan adanya iklan layanan masyarakat tentang bahaya merokok.
Perusahaan rokok tak perlu mengeluarkan banyak anggaran untuk melakukan promosi tentang rokok.
Pemerintah justru berperan besar terhadap kebiasaan merokok masyarakat.
Pikiran bawah sadar tidak mengenal kata tidak. Jika iklan layanan masyarakat memuat kalimat secara berulang ulang tentang larangan merokok maka yang muncul dalam pikiran bawah sadar masyarakat adalah kata kata merokok.
Hukum Pavlov. Awalnya Ian Pavlov melakukan eksperimen terhadap seekor anjing. pertama anjing diberi makan lalu direspon oleh anjing. Anjing mendekat dan mengambil makanan yang disediakan oleh peneliti. Berikutnya makanan disediakan tapi disertai dengan suara lonceng, anjing datang dan mengambil makanan yang disediakan. Lalu ekperimen diteruskan, Saat lonceng dibunyikan meski makanan tidak disediakan anjing tetap datang.
Hukum Pavlov ternyata sangat ampuh diterapkan oleh praktisi periklanan dalam mempromosikan rokok. Perhatikan iklan di Telivisi, tayangan yang ditampilkan adalah makanan yang sangat gurih Setelah itu muncul nama rokok. Inilah metode hukum Pavlov yang diterapkan oleh industri rokok.
Pada tayangan yang berbeda, penulis jumpai iklan rokok yang menampilkan pemuda yang gagah berolahrga di tempat yang menawan pada akhir iklan munculah nama merek rokok. Ini juga penerapan hukum Pavlov.
Metode lain yang membuat penjualan rokok tetap tinggi adalah pendekatan Neuron Mirror. Sejatinya manusia adalah mahluk yang suka meniru. Seperti anak kecil yang selalu mencontoh kehidupan orang lain. Kebiasaan meniru atau mencontoh itu tetap terbawa hingga dewasa. Ketika melihat penampilan orang sedang merokok dan ada kesan macho pada perokok hal itulah yang ditiru. Ingin kelihatan macho makanya ikut merokok.