Bangsa Indonesia dikenal sebagai negara makmur. Sumber daya melimpah. Apa yang tidak ada di Negeri ini. Ikan, emas, batu bara, kelapa sawit, beras, minyak bumi, gas, rotan, kayu.
Saking banyaknya kekayaan alam indonesia justru mengundang pencuri kelas Internasional untuk menjarah kekayaan hasil bumi Indonesia. Hutan dijarah, kayunya dicuri, ikan dicuri. Hingga kekayaan budaya pun dicuri.
Bangsa Indonesia hingga saat ini masih bangga dengan sumber daya manusia yang melimbah. Tidak malu mempromosikan ke investor negara tetangga bahwa keunggulan bangsa Indonesia adalah upah murah.
SDM dengan upah murah kok dibanggakan.
Pembantu rumah tangga malah di ekspor ke negara tetangga. Pembantu rumah tangga di kirim ke luar negeri dengan bekal pengetahuan yang sangat terbatas. Hal ini memicu pelanggaran terhadap norma kerja. Pembantu rumah tangga kualitas ekspor hanya jadi sapi perahan.
Seharusnya kita tidak terlena dengan sumber daya alam dan manusia yang melimpah. Kenyataannya saat ini rakyat kelaparan.
Media massa justru gencar menyalahkan banjir sebagai gagal panen.
Kok tega media Massa sebagai pembentuk opini ikut menjadi penganut aliran kambing hitam. Sudahlah, bukan jamanya lagi mencari kambing hitam kalau ada bencana kelaparan di negeri ini.
Pun jangan mencari kesalahan pemerintah kalau terjadi kekuarangan minyak bumi dan tenaga listrik. begitu sebaliknya, pemerintah jangan menyalahkan rakyat. berhenti berpidato, berdemonstrasi, menuntut kalau hanya menyalahkan.
Bukankah berlaku hukum pikiran yakni hukum kemiripan atau kesesuaian. Kita menarik enegri ke dalam diri kita sesuai pikiran kita. Misalnya pikiran marah, maka kita akan semakin marah. Sebaliknya berpikir senang kita akan sehat.
Kalau bangsa ini masih terseok itu adalah masalah bersama. Kalau bangsa ini terseok-terseok mari kita bangun. Masih ada hari esok.
Lalu harus bagaimana dong? Tak ada kata terlambat. Mari kita rubah paradigma. Pembangunan bangsa ini harus dipikul bersama.
Penekanan atau perhatian dimulai dari memperkuat ilmu pengetahuan. Mau bukti. Yo kita perhatikan orang nomor kaya di dunia. Bill Gates pendiri perusahaan piranti lunak komputer Microsof. Bill Gates menjadi kaya nomor 1 di planet ini bukan karena emas, ikan, kayu, batu bara, rotan, minyak, gas. Ia kaya karena bermodalakn ilmu pengetahuan dan riset.
Tak salah kan kalau Allah menurunkan ayat yang paling pertama Iqra. Maknanya adalah belajarlah. Bill Gates jadi hebat karena belajar, belajar, belajar. Ia mengandalkan ilmu pengetahuan dan riset.
Saya setuju dengan pendapat Prof Suhal bahwa bangsa ini tidak boleh ternina bobo dengan slogan bahwa negeri kita kaya raya dengan sumber daya alam yang dapat mencukupi segala kebutuhan bangsa dalam mencapai masyarakat adil dan makmur.
Lalu bagaimana kita mulai. Jangan tunggu pemerintah. dibutuhkan tanggungjawab seluruh bangsa (bersama) untuk merubah paradigma dengan menempatkan riset, ilmu pengetahuan dan agama sebagai dasar dalam mengambil tindakan.
Sudah saatnya semua pihak memprioritaskan semangat belajar dari pada terjebak dalam hedonisme. Sudah saatnya gengsi tidak dilihat dari kepemilikan barang-barang.
Sudah saatnya kita menyisihkan penghasilan untuk kepentingan riset dan pengembangan. Kita bisa meniru negara Findlandia dimana perhatian terhadap riset dan pengembangan dikerjakan bersama-sama yakni 71% oleh pihak swasta, 18 % oleh universitas, dan 11 % oleh sektor publik. Tidak salah bila ciri masyarakat Finlandia dikenal sebagai Masyarakat Berbasis Pengetahuan (Knowledge Based Society).