Anak millenium. Anak yang lahir di tahun 2000 tidak merasakan pengalaman menonton televisi hitam putih, kamera analog, telpon umum. Anak millenium akrab dengan berbagai gadget terkini, menghabiskan waktu dan berinteraksi melalui sosial media. Kegiatan anak millenium juga mengalami dinamika seiring dengan berkembangnya generasi internet dan teknologi. Gaya hidup anak muda jaman now Jauh berbeda dengan gaya hidup anak muda tahun 1990 – an.
Dalam perkembangannya ada dua istilah yang perlu kita ketahui yakni generasi Hipster dan Yuccies. Apa bedanya? Yuccies dengan hipster? itu serupa tapi beda lho gays. Yuccies adalah generasi baru dari Generasi Hipster.
Perbedaan yang menonjol adalah yuccies berpikir komersil dari ide-ide atau kreativitas yang mereka hasilkan. Hipster adalah seorang pelaku subkultur yang sangat menghargai pemikiran maupun aktivitas yang independen, progresif, menyukai seni dan juga kreatif. Nah beda kan. Yuccies adalah kreatifitas urban muda. Yuccies itu adalah Young, Urban dan Ceative.
Hipster maupun Yuccies, keduanya memiliki kesamaan. Mendapatkan status atau pengakuan dari hal-hal yang menyangkut ide dan kreativitas yang mereka bangun.
Nah apa yang ingin saya uraikan disini adalah gaya hidup dan dinamika anak muda jaman now. Anak Hipster dan Yuccies menyukai eksistensi. Mereka suka mendapatkan status. Sehari hari tak pernah lepas dari selfi. Obyek foto menjadi target perburuan. Di mana pun dan kapan pun tak lepas dari kamera. Kegiatan aktualisasi diri dengan mendapatkan status atau pengakuan ini tak lepas dari obyek foto keren. Semakin keren dan menarik sebuah obyek foto maka makin tinggilah kegiatan selfi di obyek tersebut.
Di Jakarta beberapa lokasi foto yang paling sering dijadikan sebagai tujuan diantaranya adalah Kota Tua, Monas, Museum Macan, Pelabuhan Sunda Kelapa, Bundaran HI, Hutan Bakau di Pantai Indah Kapuk, Tamana Mini Indonesia Indah. Selain lokasi tersebut, generasi Hipster dan Yuccies juga suka makan di tempat yang memiliki latar belakang atau dekorasi yang cantik. Kini banyak warung dan restoran yang menghias interior dengan gambar doodle, atau mural. Berbagai tema gambar menjadi hiasan dan dekorasi yang memanjakan mata generasi Hipster dan Yuccies.
Nah apa hubungannya dengan warung di perkampungan. Ini yang perlu diperhatikan. warung di pedesaan sebaiknya melakukan adaptasi. Tidak lagi sekadar warung yang hanya menyediakan makanan, kursi, meja. Kalau jeli sebenarnya warung di desa atau kampung sangat menarik bila di kombinasi dengan selera anak muda sekarang. Perjalanan (rekreasi) menuju warung yang berada di pedesaan saja sudah memanjakan mata, keindahan pegunungan, pohon hijau, dan persawahan yang cantik.
Bila jeli menangkap selera anak muda. Maka pemilik warung bisa mendapatkan omset yang lebih besar bila memahami selera pengunjung. Sudah saatnya pelaku usaha warung makan atau restoran ala kampung menggabungkan kekuatan resep masakan, pelayanan ramah, harga murah, gambar doodle atau lukisan mural serta interior yang berbau seni. Kenapa mesti menggabungkan ini semua?
Jawabnya adalah tuntutan generasi Hipster dan Yuccies. Mereka suka eksis dan tampil di sosial media. Mereka suka tantangan dan senang dengan seni. Obyek foto yang menantang akan selalu di cari dan diburu. Bila kebutuhan tersebut anda punya maka lokasi akan menjadi viral dan menjadi media promosi yang murah. Anak muda akan menceritakan pengalaman tersebut secara mulut ke mulut atau Marketing by mouth. Inilah testimonial yang sangat baik.