Fiksi (Cerita Mini). Oleh M. Rusli
November sudah beganti Desember, tahun ini hujan turun hampir setiap hari. Dewi mematung di depan jendela rumah. Matanya masih basah karena menangis. Tangannya meraba kaca jendela. Mencoba meraih butiran hujan yang menempel di sisi luar kaca jendela. Di luar sana terlihat daun pohon yang basah. Ranting pohon patah kena angin kencang tergeletak di atas rumput. Pemandangan yang paling sering jumpai saat bersama Toni.
Dewi malas beranjak dari ruang tamu. Ia lebih senang menghabiskan waktunya di sana sepanjang hari. Padahal biasanya ia paling senang bertualang menyusuri gunung hutan dan sungai. Sebagai anak pencinta alam, hutan adalah adalah surga, gunung adalah tempat yang paling damai, sungai adalah tempat yang paling asik. Alam sangat mengasikkan.
Bulan ini Dewi tak memperdulikan alat alat perkemahan dan perlengjkapan mendaki. Perlengkapan diabiarkan teronggok sepi di dalam kamar. Novel terbaru yang selalu menemani Dewi pun tak tersentuh. Semua yang berbau petualangan dan novel anyar untuk saat ini pasif.
Dewi masih luka. Dewi dengar kabar Toni kekasihnya yang dulu selalu mendukungnya berpaling ke wanita lain. Toni yang sangat di cintai Dewi memilih gadis lain. Bikin remuk hati Dewi. Sebuah butiran hangat meleleh dari pipi Dewi. Kerongkongan Dewi perih. Dada Dewi juga terasa sesak. Ia sangat terluka di campakkan Toni.
Teringat tiga tahun lalu. Saat lomba lintas bukit Cumfire. Dewi adalah mahasiswa tingkat akhir Politeknik Batam. Ia berjumpa dengan Toni saat pendaftaran lomba lIntas Bukit. Toni adalah panitia lomba yang sangat tampan dan ramah. Ia melayani Dewi dengan hangat. Toni bekerja di PT Fujitek sebagai teknisi. PT Fujitek memang gudangnya cowok di Muka Kuning.
Tak lama setelah pendaftaran hubungan Toni dan Dewi kian akrab. Lalu tumbuh benih cinta diantara mereka berdua. Toni sebetulnya lebih suka fotografi . Di Cumfire Toni bisa melampiaskan hobbynya motret alam. Pencinta alam adalah hobby nomor kedua.
Dewi yang sangat mencintai alam sering jadi obyek foto Toni. Hubungan itu menjadikan keduanya sepasang kekasih yang bikin iri kawan kawannya.
Cinta Dewi tumbuh kala Toni selalu memberikan perhatian khusus. Malam minggu Toni rajin berkunjung ke rumah Dewi di Bengkong. Toni paling sering membawakan coklat, martabak. Saat apel malam minggu Toni lebih suka diskusi dengan Dewi di rumah saja. Berdiskusi tentang alam, fotografi dan film. Diskusi berbobot tersebut justru membuat kedua orang tua Dewi tenang karena anak gadisnya tidak ke mana mana dan mudah diawasi.
Toni anak yang kalem. Meski suka dengan dunia fotografi ia pemuda type flegmatis. Ia suka membahagiakan orang lain. Pandai beremphaty. Pandai mendengarkan. Pokoknya Toni selalu menyenangkan orang lain. Ia jarang terlihat susah. Selalu ceria.
Kalau Dewi ada kegiatan kampus pada malam Minggu, Toni rela menunggu di kantin Politeknik Batam hingga kegiatan Dewi kelar. Toni mengantar pulang ke rumah. Kadang kalaua Dewi ada acara camping keluar kota dengan kelompok pencinta alam Politeknik, Toni proaktif membantu persiapan dan perlengkapan Dewi. Perhatian itu membuat Dewi makin sayang pada Toni.
Malam Minggu kalau tidak apel ke rumah Dewi, Toni rajin berkirim pesan melalui pesan whatsapp.
Namun beberapa minggu terakhir, Dewi mulai ada yang aneh dengan sikap Toni. Ia merasa Toni tidak mencintainya lagi. Dewi curiga kalau Toni punya kekasih lain. Apalagi Tony cowok ganteng terkenal supel di kalangan teman temannya. Tentunya sangat mudah menggaet wanita.
Malam itu, Dewi tidak bisa mengontak nomor Tony. Malam Minggu nomor Tony off. Aneh pikir Dewi. Tak biasanya ia begitu. Ada rasa cemburu yang menjalar di dada Dewi. Betulkan kata kawan kawan sesama pencinta alam Cumfire kalau Toni punya wanita idaman lain, bisik hati Dewi gelisah.
Dewi dengan kabar burung kalau ada wanita lain yang dekat dengan Tony selain dirinya. Wanita itu bernama Sisca. Anak pencinta alam cumfire juga. Bekerja di tempat yang sama dengan Tony. Ah jangan jangan mereka pacaran di tempat kerja dan menduakan diriku, bisik Dewi panas. Namun Tony buru buru menjelaskan kalau keakraban mereka bukan sebagai sepasang kekasih tapi sebagai kawan saja karena satu perusahaan dan sama sama di komunitas pencinta alam. Meski sudah dijelaskan Dewi tak percaya dan menyimpan cemburu.
Minggu berganti bulan, Toni mulai jarang apel ke rumah Dewi . Alasann Toni banyak kerjaan. Lembur kejar target. Pemintaan produk meningkat di perusahaan. Tak ada waktu senggang. Waktu Toni di habiskan di line produksi.. Menghabiskan jam kerja yang panjang dengan pola lembur seven to seven.
Dewi mencoba beradaptasi dengan pola Toni yang sibuk. Dewi tak menuntut harus bersama pada malam Minggu. Dewi masih cemburu dan panas setelah mendapat kabar tak sedap tentang kedekatan Toni dengan wanita lain. Dewi memilih jalan sendiri ke XXI nonton film kesukaan. Makan sendiri di restoran. Kalau nonton Dewi sukanya nonton film berthema hantu. Sesaat, Dewi bisa melupakan Toni. Dewi juga tak mau mengangkat hand phone dari Toni. Dewi memilih untuk menutup diri. Menghilang dari Toni.
*****
Tiga bulan Toni kerja lembur seven to seven. Tinggal seminggu lagi akan kembali kerja normal shit. Target produksi sudah hampir tercapai. Toni sangat senang. Ia akan kembali melakukan hobbynya motret di waktu senggang. Akan kembali melakukan apel malam minggu ke rumah Dewi. Mencari sebab kenapa Dewi tak mau angkat telpon saat dihubungi.
Namun malam itu sebuah kecelakaan kerja merenggut nyawa Toni. Toni tak memasang safety belt dengan benar saat berada di ketinggian. Ia terjatuh dan kepalanya terbentur benda keras. Toni di larikan ke rumah sakit Otorita Sekupang. Di perjalanan nyawa Toni tidak bisa diselamatkan.
Dewi dihubungi teman temannya dan diminta untuk menengok Toni di rumah sakit. Dewi shok. Ia tak percaya dengan kejadian tersebut. Dewi menangis tak kuat menahan sedih.
Setelah proses pemakaman di Sei Temiang, Atasan Toni menyerahkan sebuah buku diary Toni kepada Dewi. Agus nama supervisor Toni. “Ini untukmu,” kata Agus sembari menyerahkan buku bersampul coklat.
*****
Dewi membuka dan membaca buku Diary Toni. Banyak quota motivasi dan sketsa. Ternyata Toni sangat suka dengan kutipan berbau motivasi dan membuat sketsa hitam putih. Ada sketsa tentang Dewi dan Toni yang sedang bergandengan tangan. Juga terdapat sketsa tentang pernikahan. Di halaman terakhir buku diary terdapat sebuah tulisan yang membuat Dewi Shock. Tulisan terakhir itu masih baru di buat dan menjadi tulisan terakhir sebelum musibah kecelakaan Toni.
Begini catatan Tony
Batam, November 2020
Ya Allah terima kasih atas kesehatan yang Kau berikan. Terima kasih atas usia yang kau berikan. Ya Allah terima kasih atas jasa kedua orang tuaku yang sudah membesarkan dan mendidik aku. Kini aku sudah merasa menjadi lelelaki yang paling sempurna. Yang sudah bisa mandiri dan membantu kedua orang tua. Kini aku merasa menjadi lelaki yang hebat. Namun itu semua tidak berarti kalau hanya hidup membujang.
Ya Allah sudah waktunya aku membangun mahliga rumah tangga. Kerja kerasku selama bertahun tahun sudah cukup utuk menjadi modal membangun rumah dan menikah. Bukankah Allah sangat mencintai ummatnya yang soleh. Ya Allah aku tak mau pacaran terlalu lama. Takut terjerat dalam pergaulan bebas.
Alhamdulillah Uang tabunganku sudah cukup. Sudah bisa mencicil rumah dan melamar Dewi. Dewi sebentar lagi di wisuda. Aku akan melamarnya dan membangun rumah tangga bersama. Uang yang terkumpul sudah cukup untuk membeli alat studio fotografi. Kelak aku akan membangun studio foto sebagai bisnis utama. Saat kontrak berakhir tak perlu lagi mencari pekerjaan. Profesi sebagai fotografer profesional sudah bisa menjadi pegangan. Pasti dewi akan senang dengan rencana ini.
Membangun keluarga sakinah. Punya istri cantik. Lalu punya anak anak. Alangkah bahagianya.
Dewi aku mencintaimu.
Dewi kau bidadariku. Pemberi semangat dan belahan hatiku.
Selama ini kita sering bertualang ke hutan dan menikmati titik titik hujan.
Selama ini kita suka membuat puisi bila bermain dengan gerimis yang sahdu.
Memotret sunset di Barelang, Sekupang dan Batam Center. Ah indahnya.
Selama ini kita sering duduk berdua sembari menikmati purnama di Taman seribu janji Wisma Batamindo.
Namun …
Kenapa belakangan ini kau menjauhiku. Kenapa tidak mengangkat telponku. Mengapa tidak membalas pesan pesanku. Apa salahku.
Aku jadi sulit berkonsentrasi saat bekerja. Pikiranku kadang melayang memikirkanmu. Aku berharap setelah kerja lembur panjang berakhir akan menemuimu dan menjelaskan kalau aku sangat sayang dan menyayangimu. Aku akan segera menghubungi orang tua ku meminta ijin untuk melamarmu. Ya Allah mudahkan urusanku.
Toni – Muka Kuning.
****
Dewi menangis dan sangat terpukul dengan rencana indah yang telah disusun oleh Tony. Dewi kehilangan semangat. Hari hari yang selama ini ia jalani dengan ceria menjadi hampa. Agenda bertualang ke gunung, hutan dan sungai di batalkan. Ia ingin sendiri. Dewi lebih senang berada di kamar, berdiri di balik jendela mengamatai pohon pohon di luar sembari membayangkan sosok Tony. Dewi banyak mengahabiskan waktunya di kamar. Sembari mendengarkan lagu berjudul November Rain, Dewi menggapai titik hujan di kaca jendela. Air matanya basah. Ada butiran hangat mengalir.